Kemuliaan Shalat Tahajjud
Senin, 03 Oktober 2011
Senin, 03 Oktober 2011
عَنْ
أَمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اسْتَيْقَظَ لَيْلَةً فَقَالَ سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ
اللَّيْلَةَ مِنَ اْلفِتْنَةِ مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْخَزَائِنِ مَنْ يُوْقِظُ
صَوَاحِبِ الْحُجُرَاتِ ؟ يَارُبَّ كَاسِيَةٍ فيِ الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فيِ
اْلآخِرَةِ
(صحيح البخاري)
“ Dari Ummu Salamah RA, dia berkata:
Pada suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun lalu berkata :
“Subhanallah, fitnah apakah yang diturunkan di malam hari, dan perbendaharaan
apakah yang diturunkan pada orang yang membangunkan para penghuni kamar, dan
berapa banyak orang yang mengenakan pakaian di dunia, tapi telanjang di
akhirat". ( Shahih Al Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah
subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, dengan kehadiran kita di majelis yang mulia
ini, dan semoga dengan majelis yang mulia ini dan majelis-majelis dzikir dan
majelis ta’lim yang kita hadiri kita juga termuliakan untuk menuju keluhuran.
Maha Suci Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha membuka rahasia rahmat-Nya sehingga Allah subhanahu wata’ala Yang
Maha Dermawan menyiapkan bumi beserta isinya untuk keturunan nabi Adam As untuk
mereka olah, dan sampailah kita pada malam yang agung ini dalam
anugerah-anugerah yang bersifat rohani yang membawa ketenangan jiwa, serta
membuka kunci kemakmuran di dunia dan akhirat, dan semakin jauh seorang hamba
dari Allah subhanahu wata’ala maka akan semakin banyak musibah yang akan datang
menimpanya, dan sebaliknya semakin seseorang dekat kepada Allah subhanahu wata’ala
maka semakin banyak musibah yang akan disingkirkan oleh Allah, maka
beruntunglah hamba yang ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala, karena
Allah akan lebih mendekat kepadanya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi
:
وَإِنْ
تَقَرَّبَ إِلّيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ
إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“ Jika dia (hamba-Ku) mendekat
kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat
kepada-Ku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia
mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku mendatanginya dengan bergegas”.
Jika telah muncul dalam diri
seseorang keinginan untuk mendekat kepada Allah maka ketahuilah di saat itu Allah
juga ingin mendekat dengannya. Diumpamakan ada suatu pesta besar yang diadakan
oleh seorang pemimpin atau orang yang sangat kaya raya dan dermawan sehingga
segala macam hidangan disiapkan, begitupula keadaan kita di majelis ini dimana
Allah subhanahu wata’ala sedang menjamu kita dengan hidangan-hidangan yang kita
ketahui dan yang tidak kita ketahui . Allah subhanahu wata’ala melimpahkan
rahmat-Nya di setiap waktu, akan tetapi ada waktu-waktu tertentu yang mana
layak dan seharusnya kita memohon dan berdoa di waktu-waktu tersebut agar kita
dijauhkan dari musibah dan mendapatkan banyak anugerah, dan diantaranya adalah
di majelis-majelis seperti ini maka perbanyaklah berdoa dan meminta kepada
Allah subhanahu wata’ala. Dan juga sebagaimana hadits yang kita baca tadi,
dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di suatu malam terbangun untuk
melakukan qiyamul lail, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سُبْحَانَ
اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ اْلفِتْنَةِ مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ
الْخَزَائِنِ مَنْ يُوْقِظُ صَوَاحِبِ الْحُجُرَاتِ ؟ يَارُبَّ كَاسِيَةٍ فيِ
الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فيِ اْلآخِرَةِ
“ Subhanallah (Maha Suci Allah),
fitnah apakah yang akan diturunkan pada malam hari, dan perbendaharaan
(anugerah-anugerah) apakah yang akan diturunkan pada orang yang membangunkan
para penghuni kamar, dan berapa banyak orang yang mengenakan pakaian di dunia
tapi telanjang di akhirat ”.
Berapa banyak ketentuan-ketentuan
Allah subhanahu wata’ala yang akan turun di malam hari, yang berupa masalah
atau musibah-musibah yang akan menimpa hamba-hamba Allah, dan juga berapa
banyak anugerah-anugerah yang dibuka oleh Allah kemudian dilimpahkan kepada
mereka, dan jika seorang hamba terbangun di saat itu kemudian berdoa dan
bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala maka musibah atau cobaan yang akan
menimpanya diangkat oleh Allah karena dia sedang mengingat Allah dan berdoa
kepada-Nya, Allah berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا
مَعَ عَبْدِيْ حَيْثُمَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ
“ Aku bersama hamba-Ku ketika ia
menyebut-Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama-Ku ”
Dalam 1/3 malam terakhir banyak
musibah yang akan turun namun telah dirubah oleh Allah subhaanahu ta’ala
menjadi anugerah baginya, atau mungkin ada anugerah yang akan sampai pada
seseorang namun ketika 1/3 malam terkahir ia tidak bangun dari tidurnya, maka
bisa jadi anugerah itu tidak jadi sampai kepadanya, oleh karena itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan untuk membangunkan para keluarga di
1/3 malam terakhir untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Beliau juga bersabda bahwa bisa jadi seorang yang berkecukupan di dunia akan
kesusahan di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
الْأَخِلَّاءُ
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
( الزخرف : 67 )
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa”. ( QS. Az Zukhruf : 67 )
Semua orang yang saling mencintai
akan bermusuhan dan saling menyalahkan antara satu dan yang lainnya, diantara
mereka mungkin saling menyalahkan karena ketika di dunia tidak saling
menasihati untuk berbuat kebaikan dan tidak pula saling mengingatkan atau
melarang untuk berbuat kejelekan, kecuali orang-orang yang bertakwa mereka akan
berada dalam ketenangan dan kegembiraan dan selamat dari kemurkaan Allah
subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَيَنْقَلِبُ
إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا
( الإنشقاق : 9 )
“Dan dia akan kembali kepada kaumnya
(yang sama-sama beriman) dengan gembira”. ( QS. Al Insyiqaaq: 9)
Diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari, ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul dengan
beberapa sahabatnya di suatu malam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata : “ seratus tahun yang akan datang tidak akan ada lagi
yang tersisa di muka bumi ini”, maksud beliau adalah orang-orang yang
hidup di saat itu semuanya akan wafat. Hujjatul islam Al Imam Nawawi
menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah mereka yang dikatakan saja, karena
nabiyallah Khidir masih tetap hidup hingga berjumpa dengan Dajjal. Namun makna
hadits tadi adalah betapa singkatnya hidup kita dan merupakan peringatan bagi
kita untuk selalu berwaspada, dalam majelis ini saja mungkin seratus tahun yang
akan datang tidak akan ada lagi yang tersisa tetapi telah berada di dalam
kuburnya masing-masing. Apakah mereka dalam perkumpulan keluhuran atau
perkumpulan kehinaan, karena di alam barzakh pun perkumpulan keluhuran dan
kehinaan sebagaimana ketika hidup di muka bumi. Di alam barzakh pun ada orang yang
menyendiri, ada yang tidur, ada yang bangun, ada yang miskin dan ada juga yang
kaya , ada yang berkelompok dalam kesenangan dan ada yang berkelompok dalam
kesusahan hanya saja disana tidak ada yang bermaksiat namun tetap ada yang
melakukan ibadah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim dan lainnya
ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa Isra’ Mi’raj,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَرَرْتُ
بِمُوْسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِيْ عِنْدَ اْلكَثِيْبِ اْلأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِيْ قَبْرِهِ
“ Saya melewati Musa yang sedang
shalat di kuburnya di sebuah tumpukan pasir merah pada malam saya dijalankan
oleh Allah (isra’ mi’raj)”
Dalam tafsir Al Imam Ibn Katsir
dijelaskan bahwa dalam sebuah riwayat yang tsiqah dijelaskan bahwa salah
seorang ulama’ berkata : “Aku setiap malam Jum’at di masa hidupku selalu
hadir pada suatu majelis dan setelah aku wafat pun ruhku masih terus dihadirkan
pada majelis tersebut” . Maka ruh orang yang ketika di dunia selalu
berkumpul dalam kebaikan maka ketika ia wafat pun akan terus dihadirkan dalam
perkumpulan itu seperti di masa hidupnya, dan selain itu ada yang dalam penjara
yaitu dalam siksa kubur, ada yang dalam kesusahan, ada yang dalam keberkahan
dan kebahagiaan disebabkan tetangganya, dan ada pula yang dalam kesusahan
disebabkan tetangganya . Dalam sebuah riwayat yang tsiqah, yaitu riwayat yang
kuat dan bisa dipertanggungjawabkan karena maknanya shahih dan peristiwa atau
kejadiannya didukung dengan dalil-dalil yang shahih walaupun riwayatnya belum
tentu shahih, disebutkan bahwa ketika seseorang ayah telah meninggal anaknya
yang masih kecil, beberapa hari kemudian ia mimpi melihat anaknya yang masih
kecil itu terlihat sudah tua renta dan memutih rambutnya, maka sang ayah
berkata : “wahai anakku, engkau meninggal ketika masih sangat kecil tapi
mengapa wajahmu telah berubah menjadi sangat tua?”, maka si anak
menjawab : “wahai ayah, di pemakaman ketika jenazah si fulan dimasukkan
ke dalam kubur, kami mendengar gemuruh neraka jahannam maka kami semua
ketakutan hingga wajahku berubah seperti ini karena takut dengan gemuruh api
neraka”,. Dan dalam riwayat lainnya disebutkan, diantaranya dalam kitab
Tadzkiratul Huffadh dan Siyaar a’laamunnubalaa’, dimana salah seorang bermimpi
melihat temannya yang telah wafat puluhan tahun yang lalu dengan wajah yang
sangat bercahaya dan terang benderang, maka ia berkata : “wahai fulan
semasa hidupmu engkau bukanlah termasuk orang yang sangat shalih, namun
bagaimana wajahmu bisa bersinar seperti ini?”, maka ia menjawab : “Ya
betul, sejak kemarin ketika meninggal Al Imam Ahmad bin Hanbal dan ketika
jenazahnya masuk ke pemakaman kami maka sepuluh ribu cahaya turun pada setiap
kubur yang ada disekitarnya”, riwayat ini di dukung oleh riwayat
Shahihul Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menshalati
salah seorang yang wafat dikuburnya karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
belum sempat menshalatinya sebelum dikuburkan, jenazah itu adalah seorang
wanita yang mempunyai kebiasaan menyapu masjid. Maka suatu saat nabi bertanya :
“ dimana si fulanah, aku tidak lagi pernah melihatnya?”, dan
setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui bahwa dia telah
meninggal maka beliau meminta sahabat untuk diantar ke makamnya dan
menshalatinya di makam tersebut, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata bahwa perkuburan tersebut penuh dengan kegelapan, namun Allah
menerangi seluruh makam disini karena shalatku kepada mereka, demikianlah
sebagian dari keadaan di alam barzakh yang pasti akan mendatangi kita. Maka
alangkah indahnya mereka yang selalu asyik duduk santai di Majelis Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam karena cintanya kepada rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, maka ketika wafat ruhnya dibawa oleh para malaikat dan dikumpulkan
bersama para pecinta rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersama beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika sayyidina Bilal
tersengal-sengal menahan sakaratul maut, maka istrinya berkata : “betapa
beratnya Bilal menahan sakitnya sakaratul maut”, maka Bilal menjawab :
“tidak, aku bukan tersengal-sengal karena menahan sakitnya sakaratul maut akan
tetapi karena aku ingin segera bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para kelompoknya”, demikian keadaan para sahabat dan para
pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika wafat . Semoga Allah
subhanahu wata’ala memanjangkan usia kita dalam keberkahan dan mewafatkan kita
dalam husnul khatimah dan seindah-indah keadaan. Maka perindah hari-hari kita
dengan hal-hal yang indah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا
“ Sesungguhnya Allah subhanahu
wata’ala itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik”
Allah subhanahu wata’ala menyukai
sesuatu yang baik dan yang indah, dan tidak ada yang lebih baik dan indah dari
yang telah diajarkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
( آل عمران : 31 )
“ Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” . ( QS.
Ali Imran : 31 )
Maka dengan banyak membaca Al
qur’anul Karim, membaca hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
atau menelaahnya sungguh hal yang seperti itu indah di sisi Allah subhanahu
wata’ala sehingga kita pun akan diperindah oleh Allah subhanahu wata’ala .
Diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi oleh salah
seorang sahabat dan berkata : “Wahai Rasulullah, di saat aku membaca
surat Al Kahfi ketika itu turun kabut dari langit, apakah itu wahai
rasulullah??”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ itu adalah para malaikat yang turun dari langit berupa ketenangan karena
bacaan Al qu’ran yang dibaca di muka bumi”, ketika seseorang membaca Al
qur’an maka ketenangan akan turun kepadanya, dan rahmat akan terbuka sehingga
banyak musibah yang tersingkirkan dan banyak anugerah yang diturunkan, oleh
sebab itu perbanyaklah membaca Al qur’an. Dan isnyaallah setiap malam Kamis
kita akan membaca Al qur’an bersama beberapa surat juz ‘Amma dengan waktu
kurang lebih 5 menit, kita mulai malam Kamis yang akan datang insyaallah yang
dengan hal ini kita berharap dan berusaha untuk kembali memakmurkan Al qur’anul
Karim.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Disebutkan dalam suatu riwayat yang tsiqah bahkan didukung dengan dalil dari Al Qur’an dan hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan teguran dan himbauan agar kita jauh dari sifat sombong , di dalam kitab Qabasun Nuurul Mubiin dari kitab Ihyaa ‘Ulumuddin yang ditulis oleh guru mulia Al Arif Billah Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh, menjelaskan agar berhati-hati terhadap sifat sombong yang terkadang tidak diketahui dan tidak disadari, yang diantaranya adalah merasa senang jika melihat orang lain celaka, atau jika ia mempunyai musuh atau orang yang tidak ia sukai karena pernah mengganggu dan mencelakakan dia ketika ia terkena musibah maka ia merasa senang, mungkin dengan berkata : “itu karena dia menggangguku, sehingga Allah menurunkan musibah kepadanya”, atau dengan ucapan yang lainnya, maka hal yang seperti ini merupakan salah satu dari bentuk sifat kibr (sombong) yang terkadang tidak disadari oleh manusia. Para nabi dan Rasul banyak yang dicaci dan dihina namun Allah maafkan mereka yang mencaci di kemudian hari . Diriwayatkan pula ketika seorang wanita yang tua renta sedang menyapu di tengah jalan dan di saat itu ada seorang panglima besar yang akan melewati jalan itu maka wanita itu disuruh pergi dari tempat itu, semua orang menghindar dari jalan namun si wanita itu tidak mau pergi dan tetap menyapu di jalan itu, maka dikatakan kepada wanita tua itu : “wahai ibu, pergilah dari jalan ini karena panglima akan melewati jalan ini”, maka wanita itu berkata: “ lewat saja, masih ada jalan yang bisa dilewatinya”, maka panglima itu berkata : “wahai ibu, apakah engkau mengenalku?”, maka wanita itu menjawab: “aku mengenalmu sejak engkau belum dilahirkan”, panglima berkata : “bagaimana hal itu bisa terjadi?”, wanita itu menjawab : “betul aku mengenalmu, permulaanmu adalah air mani dan akhirmu adalah bangkai”, maka panglima itu terdiam malu. Itulah hakikat manusia, entah itu seorang raja, panglima, atau rakyat biasa kesemuanya berawal dari air mani dan akan berakhir menjadi bangkai, kecuali para shiddiqin dan muqarrabin yang tubuhnya akan tetap dijaga oleh Allah dengan mengharamkan bumi dan seluruh binatang-binantang bumi memakannya, dan memerintahkan bumi untuk menjaga jasadnya. Oleh sebab itu ketika terjadi banjir besar di wilayah Uhud, Saudi Arabia, sehingga pemakaman Uhud menjadi longsor dan bergelimpangan jasad-jasad yang masih utuh dan seakan-akan mereka dalam keadaan tidur bukan wafat, dan sebagian darah mereka masih terlihat basah, mereka adalah para syuhada’ uhud yang telah wafat 1400 tahun yang silam, kemudian mereka dimakamkan kembali. Oleh sebab itu Allah subhanahu wata’ala memuliakan hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, Allah subhanahu wata’ala membukakan pintu rahmat bagi yang dikehendaki-Nya, maka lewati kehidupan kita dengan seindah-indah kehidupan .
Disebutkan dalam suatu riwayat yang tsiqah bahkan didukung dengan dalil dari Al Qur’an dan hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan teguran dan himbauan agar kita jauh dari sifat sombong , di dalam kitab Qabasun Nuurul Mubiin dari kitab Ihyaa ‘Ulumuddin yang ditulis oleh guru mulia Al Arif Billah Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh, menjelaskan agar berhati-hati terhadap sifat sombong yang terkadang tidak diketahui dan tidak disadari, yang diantaranya adalah merasa senang jika melihat orang lain celaka, atau jika ia mempunyai musuh atau orang yang tidak ia sukai karena pernah mengganggu dan mencelakakan dia ketika ia terkena musibah maka ia merasa senang, mungkin dengan berkata : “itu karena dia menggangguku, sehingga Allah menurunkan musibah kepadanya”, atau dengan ucapan yang lainnya, maka hal yang seperti ini merupakan salah satu dari bentuk sifat kibr (sombong) yang terkadang tidak disadari oleh manusia. Para nabi dan Rasul banyak yang dicaci dan dihina namun Allah maafkan mereka yang mencaci di kemudian hari . Diriwayatkan pula ketika seorang wanita yang tua renta sedang menyapu di tengah jalan dan di saat itu ada seorang panglima besar yang akan melewati jalan itu maka wanita itu disuruh pergi dari tempat itu, semua orang menghindar dari jalan namun si wanita itu tidak mau pergi dan tetap menyapu di jalan itu, maka dikatakan kepada wanita tua itu : “wahai ibu, pergilah dari jalan ini karena panglima akan melewati jalan ini”, maka wanita itu berkata: “ lewat saja, masih ada jalan yang bisa dilewatinya”, maka panglima itu berkata : “wahai ibu, apakah engkau mengenalku?”, maka wanita itu menjawab: “aku mengenalmu sejak engkau belum dilahirkan”, panglima berkata : “bagaimana hal itu bisa terjadi?”, wanita itu menjawab : “betul aku mengenalmu, permulaanmu adalah air mani dan akhirmu adalah bangkai”, maka panglima itu terdiam malu. Itulah hakikat manusia, entah itu seorang raja, panglima, atau rakyat biasa kesemuanya berawal dari air mani dan akan berakhir menjadi bangkai, kecuali para shiddiqin dan muqarrabin yang tubuhnya akan tetap dijaga oleh Allah dengan mengharamkan bumi dan seluruh binatang-binantang bumi memakannya, dan memerintahkan bumi untuk menjaga jasadnya. Oleh sebab itu ketika terjadi banjir besar di wilayah Uhud, Saudi Arabia, sehingga pemakaman Uhud menjadi longsor dan bergelimpangan jasad-jasad yang masih utuh dan seakan-akan mereka dalam keadaan tidur bukan wafat, dan sebagian darah mereka masih terlihat basah, mereka adalah para syuhada’ uhud yang telah wafat 1400 tahun yang silam, kemudian mereka dimakamkan kembali. Oleh sebab itu Allah subhanahu wata’ala memuliakan hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, Allah subhanahu wata’ala membukakan pintu rahmat bagi yang dikehendaki-Nya, maka lewati kehidupan kita dengan seindah-indah kehidupan .
Selanjutnya kita berdoa keapda Allah
subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan rahmat dan kebahagiaan, dan
menenangkan jiwa dan hari-hari kita dalam segala keadaan, zhahir dan batin,
dunia dan akhirat, dijauhkan dari musibah dan bala’, dan membukakan untuk kita
seluruh pintu kebaikan, amin allahumma amin..
فَقُوْلُوْا
جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا
الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ
إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا
نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar