Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran dan
bahkan ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi
kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity
cost).. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas
kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan
timbulnya kelangkaan.
Kata "ekonomi"
sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang
berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau
"peraturan, aturan, hukum," dan secara garis
besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen
rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom
adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Secara garis besar ilmu
ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi
makro.
PERMASALAHAN
EKONOMI MAKRO
Ilmu ekonomi makro
mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan).
Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja
dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,
maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro
mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar
22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun,
sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun
1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47
juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Pada
akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3
juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.
b. Krisis Nilai Tukar
Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada
awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah
yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan
yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada
pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar
ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan
devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang
mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang
terkendali.
c. Masalah Utang Luar Negeri
Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum
krisis ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing terutama dolar ASyang relative tetap dari tahun ke
tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan
fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi
dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya utang
luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung menjadi 152%
dari PDB.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan selanjutnya
pada system perbankan. Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang
mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank
mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah ketika
sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga
terjadi penarikan dana oleh masyarakat secarabesar-besaran (rush).
Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan modal yang mereka miliki.
Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan modal yang mereka miliki.
e. Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya
dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini
terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%.
Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan
permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran
inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan
moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan
mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi
perusahaan.
f. Pertumbuhan Ekonomi dan
Pengangguran
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin
dari anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di
masa lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga
240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu
menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya daya serap lapangan kerja
berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan
angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan
industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertan
PERMASALAHAN EKONOMI MIKRO
Sementara ilmu ekonomi mikro
mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan,
rumah tangga.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari
tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga
tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang
melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan
individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan
asumsi ceteris paribus.
a. Masalah Harga Dasar dan Harga
Tertinggi
Krisis ekonomi yang pernah melanda dunia terjadi cukup lama dan
diyakini bahwa mekanisme pasar tidak mampu menyelesaikan masalah ekonomi
tersebut. Artinya, keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar tidak
tercapai. Pengaruh dari krisis tersebut adalah melambungnya harga berbagai
jenis barang yang di butuhkan oleh produsen dan konsumen.
Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan pemerintah mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan penentuan harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk membantu konsumen. Misalnya, musim panen padi menyebabkan jumlah beras melimpah. Akibatnya, harga beras turun sehingga para petani mengalami kerugian. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menentukan harga dasar (floor price) beras untuk membantu para petani.
Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan pemerintah mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan penentuan harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk membantu konsumen. Misalnya, musim panen padi menyebabkan jumlah beras melimpah. Akibatnya, harga beras turun sehingga para petani mengalami kerugian. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menentukan harga dasar (floor price) beras untuk membantu para petani.
b. Meningkatnya Permintaan Beras
Gagal panen akan menyebabkan berkurangnya penawaran beras sehingga
harga beras akan naik. Tingginya harga beras akan menambah beban hidup
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap. Untuk mengatasi pasokan
beras ini, pemerintah melakukan program impor beras melalui tender terhadap
beberapa perusahaan swasta nasional dan asing.
c. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM)
Sehubungan dengan naiknya harga BBM, para pengusaha angkutan umum
bus kota, angkutan kota (angkot), dan taksi mengalami penurunan pendapatan dan
mengurangi laba bagi pengusaha dan para sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan
harga BBM tersebut, beberapa pengusaha angkutan umum menaikkan tarifnya secara
sepihak. Tindakan ini tentu sajaakan memberatkan para konsumen
pengguna jasa angkutan. Untuk mengatasi masalah tersebut
pemerintah bersama para asosiasi pengusaha angkutan melakukan penyesuaian tarif
angkutan umum dengan menetapkan tarif resmi bagi para pengusaha bus kota,
angkutan kota dan taksi. Besarnya tarif resmi ini tentu tidak memberatkan
konsumen atau juga tidak merugikan pengusaha angkutan umum.
d. Masalah Monopoli
Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar terhadap barang
atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Praktik monopoli
seringkali merugikan masyarakat dan konsumen. Di samping itu, monopoli akan
mempersempit peluang usaha bagi masyarakat lain sehingga kurang menumbuhkan
semangat berwirausaha masyarakat. Perusahaan yang melakukan praktik monopoli
seringkali mempermainkan dan menetapkan harga tanpa mempertimbangkan kelompok
masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal ini akan menghancurkan para
pesaing.
Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli, pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli, pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
e. Masalah Distribusi
Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan
tingkat harga barang menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen.
Untuk itu, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk
memperpendek jalur distribusi sehingga harga barang ketika sampai ke tangan
konsumen tidak mahal. Misalnya, PT. Coca Cola Indonesia melakukan distribusi
barang melalui lebihdari 120 pusat penjualan di seluruh Indonesia dan
didistribusikan langsung melalui ke pedagang eceran (80% pengecer) dan grosir
dan 90% masuk kategori usaha kecil
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG EKONOMI
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG EKONOMI
Ilmu
ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut :
• Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas.
• Sumber daya tersedia secara terbatas.
• Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity cost).
Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro
• Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas.
• Sumber daya tersedia secara terbatas.
• Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity cost).
Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro
Dilihat dari
|
Ekonomi Mikro
|
Ekonomi Makro
|
Harga
|
Harga ialah nilai dari
suatu komoditas (barang tertentu saja)
|
Harga adalah nilai
dari komoditas secara agregat (keseluruhan)
|
Unit analisis
|
Pembahasan tentang
kegiatan ekonomi secara individual. Contohnya permintaan dan dan penawaran,
perilaku konsumen, perilaku produsen, pasar, penerimaan, biaya dan laba atau
rugi perusahaan
|
Pembahasan tentang
kegiatan ekonomisecara keseluruhan. Contohnya pendapatan nasional,
pertumbu8han ekonomi, inflasi, pengangguran, investasi dan kebijakan ekonomi.
|
Tujuan analisis
|
Lebih memfokuskan pada
analisis tentang cara mengalokasikan sumber daya agar dapat dicapai kombinasi
yang tepat.
|
Lebih memfokuskan pada
analisis tentang pengaruh kegiatan ekonomi terhadap perekonomian secara
keseluruhan
|
Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi
1. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan dan keamanan.
2. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa public, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.
3. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.
1. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan dan keamanan.
2. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa public, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.
3. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar