Rabu, 27 Juni 2012

K etenangan Yang Turun Dalam Membaca Al Qur'an


K etenangan Yang Turun Dalam Membaca Al Qur'an




قَرَأَ رَجُلٌ الْكَهْفَ وَفِي الدَّارِ الدَّابَّةُ فَجَعَلَتْ تَنْفِرُ فَسَلَّمَ فَإِذَا ضَبَابَةٌ أَوْ سَحَابَةٌ غَشِيَتْهُ فَذَكَرَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : اقْرَأْ فُلَانُ فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ نَزَلَتْ لِلْقُرْآنِ أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ
(صحيح البخابي)
Seorang lelaki membaca salah satu surat Alqur’an yaitu Al Kahfi, maka tiba tiba keledainya beringas dan lari, dipagi harinya beliau tanyakan pada Rasulullah SAW, Rasul SAW bersabda: bacalah terus dan bacalah (jangan takut), karena itu adalah ketenangan yang turun bersama Alqur’an atau turun untuk Alqur’an (maka beruntunglah yang membacanya (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Lebih dari 100 ayat yang terkandung dalam kalimat-kalimat ini, dan salah satunya adalah firman Allah subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ، وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 45-46 )
" Wahai Nabi Saw, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( Al Ahzab : 45-46 )
Lebih dari 100 ayat yang menampung makna kalimat-kalimat dari pembukaan maulid Dhiyaaul Laami’ yang ditulis oleh Al Arif billah Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh mata’anallahu bih.
Malam Selasa yang lalu saya berjumpa dengan beliau, dan yang pertama kali ditanyakan bukanlah keadaan saya, tetapi beliau bertanya bagaimana kabar jamaah , lalu saya menjawab bahwa jamaah rindu kepada beliau, maka beliau tertawa , dan insyaallah di awal bulan Desember beliau akan datang dan kita akan mengadakan dzikir akbar bersama beliau, somoga acara ini sukses .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pembawa rahmat ilahi, yang dengannya terbukalah seluruh rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, dan dengan mencintainya maka hamba akan dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala. Tiada orang yang lebih dicintai Allah di penjuru barat dan timur selain para pecinta nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan mereka dalam rahasia kecintaan Allah subhanahu wata'ala, semoga kita termasuk diantara mereka. Dan majelis ini mengarahkan kita untuk mengidolakan samudera cinta, sayyidina Muhammad shallallahhu 'alaihi wasallam. Dan ketahuilah bahwa cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah bentuk cinta kepada Allah subhanahu wata'ala, dan barangsiapa yang taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka ia taat kepada Allah subhanahu wata'ala . Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika salah seorang sahabat dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun dia tidak menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dalam keadaan shalat, hingga panggilan yang ketiga kali beliau berkata : “wahai Fulan aku telah memanggilmu namun kau tidak memenuhi panggilanku, tidakkah engkau dengar firman Allah subhanahu wata’ala” :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
(الأنفال : 24 )
" Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu , ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” ( QS. Al Anfal : 24 )
Dari ayat dan kejadian tersebut, seluruh madzhab mengatakan bahwa jika dipanggil oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan shalat dan memenuhi panggilan beliau maka shalatnya tidak batal, karena dalil diatas memerintahkan untuk taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukan berarti memuliakan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lebih dari Allah, justru karena hal itu adalah perintah Allah oleh sebab itu harus diperbuat. Dan dalam madzhab Syafi'i shalat tidak sah jika tanpa salam kepada nabi Muhammad shallallahu 'aalihi wasallam, yaitu dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“ Salam sejahtera atasmu wahai nabi serta rahmat dan keberkahan Allah”
Dan salam itu diucapkan dengan kata ganti kedua, seakan orang yang diberi salam ada dihadapan kita (salam sejahtera untukmu wahai nabi), kita ketahui bahwa berbicara dalam shalat maka hal itu membatalkan shalat kecuali bersalam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang hal itu justru diwajibkan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Akhlaq terindah ada dalam pribadi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, wajah yang paling indah adalah wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga suatu waktu ketika onta merah yang sedang beringas karena marah dan dikurung dalam sebuah kandang, namun ketika melihat wajah yang paling indah, wajah sayyidina Muhammad shallallahub 'alaihi wasallam maka onta itu berlari menunduk menuju kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mencium kaki beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Di suatu waktu ketika Idul Adha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli 100 ekor onta dan 63 ekor onta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menyembelihnya, dan sisanya sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang akan menyembelihnya. Hewan sembelihan ketika akan disembelih maka harus dijauhkan dari hewan yang lain karena jika ia melihat darah hewan yang disembelih maka ia akan marah dan mengamuk. Maka onta yang akan disembelih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepalanya ditutup menggunakan kain, namun Rasulullah meminta untuk membuka kain yang menutupi kepala onta tersebut, dan Rasulullah telah siap dengan pisaunya untuk menyembelih onta tersebut, seketika itu onta-onta berebutan ingin segera disembelih oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, onta tersebut bukan justru lari atau menghindar namun onta-onta tersebut rela jika lehernya dipotong oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Imam Muhdhar As Saggaf ‘alaihi rahmatullah di dalam salah satu syairnya yang bermakna :
“Jika engkau putuskan urat nadiku wahai guruku, dengan pisau yang telah ditajamkan, maka demi cintaku padamu sungguh aku ridha”.
Begitu pula cinta nabi Ibrahim AS kepada Allah sehingga rela menyembelih putranya Ismail As. Diriwayatkan dalam Shahihul Bukhari dimana salah seorang sahabat (khubaib ra) ditangkap oleh kuffar quraisy karena telah membunuh kafir quraisy kemudian dimasukkan ke dalam penjara untuk dijual, dan keluarga yang telah ia bunuh pun siap untuk membelinya, kemudian ia dibawa ke Makkah oleh kuffar quraisy dan di penjara ia melihat anak kecil di luar sel lalu ia meminjam silet kepada anak kecil itu mencukur karena besok ia akan dihukum gantung, ia ingin wajahnya rapih karena akan menghadap Allah subhanahu wata'ala. Maka anak kecil itu pun membawa silet cukur dan memberikan kepadanya, anak itu adalah anak orang yang besok akan membunuhnya, lalu ia mengambil pisau cukur itu dan anak kecil itu duduk di pangkuannya, tidak lama kemudian ibu anak tersebut lewat, ia terkaget dan berteriak : "sungguh celaka anakku berada dipangkuan orang itu”, ia pun memanggil suaminya, ayah ibu itu bingung dan ketakutan dan berkata : “baiklah katakanlah apa yang engkau inginkan, asal jangan kau lukai anak kami”, maka ia berkata : "apakah kalian mengira aku akan melukai anak kalian dengan pisau cukur ini?, aku membawa pisau cukur ini untuk merapikan wajahku agar ketika menghadap Allah wajahku dalam keadaan bersih dan rapih, maka biarkan anak ini duduk di pangkuanku, anak kalian aman bersamaku". Hal yang seperti ini adalah keberanian yang luar biasa, bukanlah sifat pengecut karena sebaliknya jika dia adalah orang yang pengecut maka ia akan melukai atau membunuh anak itu, namun kekuatan keberanian dan kejujuran membuat sahabat itu sangat mulia, dan hal ini adalah berkat tarbiyah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka setelah selesai mencukur pisau itu dikembalikan kepada anak tersebut, keesokan harinya dia dihukum gantung dan wafatlah sebagai Syahid.
Diriwayatkan juga dimana seseorang yang sangat shalih dan berbakti kepada ibunya, ia sedang melakukan ibadah di tempat khalwatnya, dan ketika itu ibunya memanggilnya: "Juraij", dalam keadaan shalat Juraij bingung antara memenuhi panggilan ibunya atau melanjutkan shalatnya, namun dia memilih untuk melanjutkan shalatnya. Maka sang ibu marah dan melaknat anak tersebut dan berkata : "aku melaknat engkau untuk tidak meninggal sampai engkau melihat wajah pelacur". Setelah selesai melakukan shalat Juraij keluar menemui ibunya dan meminta maaf namun sang ibu marah dan tidak memaafkannya. Beberapa waktu kemudian masuklah seorang pelacur ke tempat ibadah Juraij dimana pelacur itu dalam keadaan akan melahirkan dan akhirnya ia pun melahirkan di tempat tersebut, maka orang kampung datang dan bertanya bayi siapa yang telah dilahirkan oleh wanita itu, maka wanita itu menjawab : "bayi ini adalah anak Juraij, aku telah berzina dengannya", maka Juraij pun langsung ditangkap dan tempat ibadahnya dibakar, dalam keadaan seperti itu Juraij tidak mampu berbuat apa-apa dan berkata : "Ya Allah, aku membelamu lebih dari semua makhluk, namun saat ini sumpah ibuku telah terbukti, namun buktikanlah wahai Allah bahwa orang yang memilih-Mu lebih dari segala-galanya tidak akan Engkau biarkan terdhalimi”, maka Juraij berkata kepada bayi yang baru lahir tersebut : "wahai bayi siapakah ayahmu?", maka bayi itu berkata : "ayahku seorang petani, bukan engkau wahai Juraij", bayi itu berbicara dengan kehendak Allah, Allah ingin menunjukkan bahwa orang yang memilih Allah dan membela-Nya tidak akan dibiarkan oleh Allah untuk di dhalimi .
Dalam hadits yang kita baca tadi, dan terdapat banyak riwayat akan hadits tersebut. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi oleh sababat untuk bertanya, dimana suatu malam ia membaca Al qur'an, dalam riwayat lain disebutkan bahwa ia membaca surat Al Kahfi, kemudian ia melihat awan gelap seperti kabut yang turun , maka keledainya lari, kemudian ia mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada nya : "teruslah lanjutkan bacaanmu jangan engkau hentikan , karena awan itu adalah malaikat yang turun karena cahaya Al qur'an yang engaku baca”. Maka hadits ini merupakan penyemangat kepada kita untuk senantiasa membaca Al qur'an khususnya di malam hari, meskipun membacanya tanpa mengetahui artinya. Dan membaca Al qur’an jika yang membacanya dalam keadaan gundah maka bacaan itu akan menjadikannya lebih tenang, dan terlebih lagi jika membacanya dengan mengetahui makna ayat-ayat yang dibaca maka ia tidak akan pernah merasa bosan untuk membacanya. Oleh karena itu, sayyidina Utsman bin Affan RA menghatamkan Al qur'an setiap malam. Dan masih banyak para ulama’ dan shalihin yang melakukan hal tersebut, sebagaimana Al Imam Muhammad bin Hasan Jamalullail (Keindahan malam) dimana beliau tidak mau membaca Al qur'an di siang hari ketika bulan Ramadhan, karena ketika membaca Al qur'an dia merasakan manisnya madu di mulutnya, maka jika ia membaca Al qur’an di siang hari ketika bulan Ramadhan ia akan merasakan manisnya madu di mulutnya, oleh karena itu ia tidak membaca Al qur’an di siang hari ketika bulan Ramadhan. Beliau jika melakukan qiyamul lail dan ketika dalam keadaan berdiri maka tidak bisa dibedakan antara badan beliau dan tiang masjid karena beliau tegak berdiri tanpa bergerak. Dan banyak para salafusshalih yang berjuang untuk mencapai keridhaan Allah subhanahu wata’ala, dan diantaranya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim, dimana ada seseorang yang sangat tua renta dan setiap malamnya tidak pernah terlewati dari membaca Al Qur’an di masjidnya, dan hal ini terjadi pada masa Al Habib Alwi jSyahabuddin. Dan suatu malam turun hujan yang sangat deras sehingga membuat jalanan berantakan dan penuh lumpur, maka orang-orang yang biasa membaca Al qur’an bersamanya menyangka orang tua itu tidak akan datang karena melihat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dia datang ke Masjid sehingga mereka memutuskan untuk memulai membaca Al qur’an, dan ketika mereka akan memulai bacaan terlihat dari kejauhan sebuah lentera kecil yang ternyata dia adalah orang tua tersebut yang tertatih-tatih berjalan yang akhirnya pun tiba di Masjid .
Saudara saudariku yang kumuliakan
Juga berhati-hati dalam menjaga amanah, diriwayatkan dalam sebuah riwayat yang tsiqah dimana ada seseorang yang selama 20 tahun puasa Ramadhannya tidak diketahui oleh orang lain dan syaithan tidak menyukai akan hal ini, suatu saat ketika ia pergi ke pasar untuk membeli kurma maka syaithan merubah wujud menjadi manusia, dan di saat dia membeli kurma maka si syaithan berdesakkan untuk mendahuluinya dan bertkata : “saya berpuasa sunnah selama 3 hari sebaiknya kamu jangan mendahului aku”, maka orang tersebut berbisik dalam hatinya : “aku berpuasa selama 20 tahun tidak merasa sombong sepertimu”, kemudian orang itu membeli ikan dan kembali syaithan itu berdesakkan dan hendak mendahuluinya lalu berkata : “saya berpuasa sunnah selama 3 hari maka jangan engkau mendahului aku”, orang itu kembali berbisik dalam hatinya : “ aku berpuasa selama 20 tahun tidak sombong sepertimu”, dan yang ketiga kalinya orang tersebut kembali membeli kurma, dan syaithan pun berdesakkan dan minta dilayani terlebih dahulu seraya berkata : “ jangan pedulikan orang ini, segera layani aku karena aku telah puasa sunnah selama 3 hari”, maka orang itu berkata : “dan aku selama 20 tahun berpuasa tidak sombong sepertimu”, maka syaitan berkata dengan gembira : “aku adalah syaithan, dan aku ingin amalan kamu diketahui oleh orang lain agar engkau merasa sombong, sehingga habislah amal puasamu selama 20 tahun”. Maka berhati-hatilah terhadap godaan syaithan .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Banyak orang yang berputus asa dengan masalah rizki, masalah jodoh, masalah tahta, ketakutan dan lain sebagainya, yang mana kesemua ini ada dalam diri nabi Musa AS, beliau dibesarkan di dalam istana agung Fir’aun, kemudian ia lari ke tempat dimana dia tidak mempunyai makanan dan minuman, tidak mempunyai pekerjaan, tidak pula mempunyai istri dan keluarga dan dalam keadaan ketakutan, dalam perjalanan dia mendapati sebuah sumur dimana ketika itu ada 2 orang perempuan yang ingin mengambil air di sumur lantas dia membantu mereka, setelah itu nabi Musa As beristirahat dan berdoa, karena doa dapat merubah keadaan, di zaman sekarang banyak orang yang meremehkan doa dan hanya berpegang dengan usaha tanpa doa, justru usaha dengan disertai doa jauh lebih baik daripada usaha yang tidak disertai dengan doa, karena usaha tanpa disertai doa akan berakhir dengan neraka, maka ketika itu nabi Musa As berdoa :
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
( القصص : 24 )
"Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". ( QS: Al Qashash : 24 )
Setelah itu datanglah kepadanya salah seorang wanita yang telah ia bantu mengambil air di sumur, dan berkata bahwa ayahnya memanggilnya untuk memberi upah atas sesuatu yang telah dia lakukan, tetapi nabi Musa menolak untuk menerima upah tersebut, dan ternyata nabi Musa AS dinikahkan dengan salah satu wanita tersebut. Dan doa tersebut telah diajarkan oleh guru kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh, jika sulit dalam rizki atau jodoh maka perbanyaklah doa tersebut, maka insyaallah usaha dipermudah, jodoh dipermudah dan segala urusan dipermudah, amin. Selanjutnya tausiah singkat oleh As Syaikh bin Faruq Najmuddin dari Meulborn Australia, dan diterjemahkan oleh Al Habib Alwi bin Yahya, yatafaddhal masykura

Kebaikan Di Hari Kiamat Bagi Para Penyeru Adzan




أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلَاةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(صحيح البخاري)
Berkata Abu Sa’id Alkhudriy ra :
“sungguh aku melihatmu (wahai Ayah dari Abu sha’sha;ah) suka menggembala kambing dan melewati gurun pedalaman, maka jika engkau sedang bersama gembalaanmu atau dipedalamanmu, maka (masuk waktu shalat) engkau adzan untuk shalat, keraskanlah suaramu dalam seruanmu, maka sungguh tiadalah yg mendengar suaramu ketika adzanmu dari jin, manusia dan segala sesuatu, kecuali akan bersaksi untuk penyeru (orang yg adzan itu) itu dg kebaikan di hari kiamat”, berkata abu sa’id alkhudriy kudengar ini dari Rasulullah saw. (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang telah menerangi kita dengan cahaya, cahaya kehidupan, cahaya kebahagiaan, cahaya keluhuran, cahaya kesucian, cahaya kemuliaan Allah, cahaya keluhuran Allah, hingga mengundang kita untuk sampai ke majelis ini, hadir di dalam istana keridhaan Allah subhanahu wata’ala sebagai tamu kasih sayang-Nya, Yang telah mengundang kita dengan kehendak-Nya untuk hadir dan memberikan taufiq kepada kita untuk sampai ke tempat ini. Allah subhanahu wata’la, Yang telah menyampaikan kepada sang Nabi sehingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa yang kakinya berdebu di jalan Allah, niscaya Allah akan haramkan baginya api neraka”.
Kaki yang berdebu ketika dilangkahkan dalam perjalanan karena Allah, maka Allah memerintahkan kepada api neraka untuk tidak menyentuhnya. Jikalau hanya karena kaki yang berdebu saja telah Allah haramkan api neraka menyentuh mereka yang melangkah ke jalan Allah, maka terlebih lagi jiwa yang disentuhkan oleh Allah dengan iman, dengan kalimat Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah. Hadits yang telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
 فَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قاَلَ لَا إِلهَ إِلَّا الله يَبْتَغِيْ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illa Allah, karena mencari ridha Allah dengan (perkataan) nya.”
Semoga Allah subhanahu wata’ala haramkan kita semua dari api neraka, amin. Maha Suci Allah Yang telah menciptakan kerajaan alam semesta dari tiada, Maha Suci Allah subhanahu wata’ala Yang telah menciptakan kita dari tiada, Yang Maha berjasa kepada kita, Maha Dekat dan Maha menciptakan kita dengan sempurna, Yang telah berfirman :
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ، وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ، وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ، وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ، عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ، يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيم، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
( الإنفطار : 1- 6 )
“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan menjadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya, wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang”. ( QS. Al Infithar : 1-7 )
Allah subhanahu wata’ala Yang telah menciptakan kita dari tiada, sejenak kita renungkan dengan logika seandainya tubuh kita ini hanya berupa sebuah mesin yang bergerak, bukankah setiap kali gerakan itu membutuhkan listrik atau kekuatan daya, dan anggaplah listriknya itu adalah darah, dan darah itu dipompa oleh jantung, dan setiap sendi-sendi yang telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam banyaknya adalah 360 sendi di tubuh manusia, bergerak setiap satu sendi dengan sendi yang lainnya, dan untuk bergerak itu pun membutuhkan minyak pelumas dan hal itupun telah disiapkan di dalam tubuh kita. Dan anggaplah tulang kita ini adalah besi, dan umpamakan darah itu adalah listriknya, dan tubuh ini adalah mesinnya, maka ketika satu kali gerakan itu bagaimana segala perintah dan instruksi yang dilakukan dalam satu konstruksi mesin itu yang telah dipicu oleh jantung yang merupakan turbin atau pompa atau pembangkit tenaga listrik, yang seandainya tubuh kita ini merupakan sebuah mesin. Dan siapakah yang telah memberikan mesin sempurna itu kepada kita ? tanpa kita meminta kepada Allah subhanahu wata’ala namun Allah telah memberinya. Maka gunakanlah mesin sempurna itu, yang tumbuh dari sel hingga lahir kemudian tumbuh dewasa, Allah persilahkan untuk makan dan minum, bercocok tanam dengan apa-apa yang mereka inginkan dari tanah yang telah disediakan oleh Allah, dan Allah sediakan angin, ada hujan, ada daratan, ada lautan, ada hewan yang di lautan, ada hewan yang di daratan dan ada pula hewan yang di udara, semuanya telah Allah siapkan. Namun di saat manusia berhadapan dengan Allah kelak di hari kiamat, Allah tanyakan kepada mereka dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
( الإنفطار : 6- 7 )
“wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang”. ( QS. Al Infithar : 6-7 )
Allah Yang telah menciptakanmu dari tiada dengan tubuh yang sempurna, seperti konstruksi mesin sempurna yang kita sebut tadi, ada juga manusia yang Allah ciptakan dalam keadaan cacat namun tidak Allah jadikan ia cacat kecuali Allah jadikan baginya tambahan pahala. Sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa seorang yang dibutakan oleh Allah kemudian ia bersabar, maka Allah berfirman untuk membangunkan baginya istana di surga. Sungguh kekurangan-kekurangan (cacat fisik) yang muncul dalam kehidupan akan dibalas oleh Allah subhanahu wata’ala dengan limpahan kebaikan dalam kehidupan yang kekal. Maka dalam ayat tadi Allah bertanya kepada manusia dalam firman-Nya ; “Mengapa engkau meninggalkan Tuhanmu Yang Maha Pemurah ?” tiada yang lebih dekat kepada kita selain Allah subhanahu wata’ala, Yang paling berjasa kepada kita hanyalah Allah subhanahu wata’ala. Oleh sebab itu kita telah mendengar doa sayyidina Adam AS :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
( الأعراف : 23 )
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS. Al A’raf : 23 )
Bagaimana kebijaksanaan Ilahi ,, Dialah Yang Maha Dekat yang menjawab doa semua hamba-hamba-Nya, menjawab bukan dengan suara namun dengan anugerah dan pahala, dan diberikan ketenangan dan kebahagiaan yang kekal. Dan Allah berfirman tentang orang-orang yang abadi dalam api neraka, mereka adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
( الأنعام : 28 )
“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya [466]. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta”. ( QS. Al An’am : 28 )
Mereka yang kekal dalam api neraka adalah orang-orang yang jika dikembalikan ke muka bumi pastilah mereka akan kembali berbuat jahat lagi, dan yang selain mereka tidaklah akan kekal di dalam neraka, mereka tidak akan mau bertobat namun kembali lagi berbuat kezhaliman di muka bumi. Maka fahamilah Tuhan kita adalah Maha Pemurah yang menciptakan kita dari tiada.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur ini, hadits riwayat dari Abu Sha’sha’a yang meriwayatkan dari Abi Sa’id Al Khudri yang berkata kepadanya : “ Aku mendapatimu sering keluar ke padang bersama gembalaan, dan jauh dari kumpulan manusia, maka jika kau dalam keadaan sendiri seperti itu janganlah engkau tinggalkan adzan, dan keraskanlah suaramu sekeras-kerasnya ketika engkau adzan karena segala sesuatu yang ada disekitarmu akan bersaksi terhadap adzanmu dengan kebaikan kelak di hari kiamat”. Hal ini memberikan kejelasan kepada kita akan indahnya seruan-seruan pada kebaikan, seruan itu didengar oleh alam dan akan bersaksi kelak di hari kiamat. Maka menyerulah pada kebaikan terutama kepada diri kita, kemudian kepada keluarga, teman dan semua masyarakat di wilayah kita. Alhamdulillah dengan seruan-seruan Allah subhanahu wata’ala, semoga semakin luas dakwah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah kita merasa gembira karena tahun ini semakin indah dari tahun yang lalu, dan semoga tahun depan juga semakin indah dari tahun ini, amin. Tahun ini kota kita Jakarta akan merayakan ulang tahun yang ke-484, dan selama ini belum pernah dirayakan dengan dzikir dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kota Jakarta yang hampir mencapai usia 500 tahun ini akan berulang tahun dengan dzikir, doa dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga Jakarta ini menjadi kota yang penuh keberkahan, semoga semakin kedepan Jakarta semakin agung dan luhur, dan harapan kita sebelum mencapai usia 500 tahun telah dipenuhi kemakmuran dan kebahagiaan, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dalam kehadiran kita di malam hari ini kita memahami bahwa kita berada di bulan yang luhur dan mulia, bulan Rajab yang merupakan salah satu dari 4 bulan haram ( bulan mulia) selain bulan Ramadhan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dan saat ini kita berada di bulan Rajab, bulan ini adalah bulan ulang tahun shalat, yang bertepatan pada malam 27 Rajab malam Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semoga acara kita yang akan datang sukses. Acara beruntun dari hari ke hari, yang hanya berjarak satu minggu, kemudian dua minggu berikutnya kita akan menghadapi malam Nishfu Sya’ban, kemudian sebulan selanjutnya kita akan menghadapi malam 17 Ramadhan yang bertepatan pada malam 17 Agustus hari kemerdekaan RI jika tidak ada perubahan pada kalender. Dan sebagaimana yang terdapat dalam buku sejarah, kemerdekaan RI itu bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan tanggal 17 Agustus 1945, dan pada tanggal 17 Ramadhan juga adalah hari kemenangan Badr Al Kubra. Oleh sebab itu semoga kita yang juga akan mengadakan dzikir akbar dan doa di malam itu diberi kesuksesan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan kita semakin luhur dan mulia, amin. Kabar telah kita sampaikan kepada guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh bahwa insyaallah milad Jakarta akan diadakan dzikir dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Insyaallah acara Isra’ Mi’raj di Monas akan dihadiri oleh guru besar Al ‘Arif billah Al Musnid Al Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith dari Madinah Al Munawwarah .
Kembali kepada kemuliaan bulan Rajab, yang merupakan ulang tahun shalat. Dan kita mengetahui rahasia kemuliaan shalat itu, dimana shalat merupakan ibadah terluhur setelah syahadah. Shalat adalah kedekatan hamba menghadap Allah. Ketika seorang hamba dibuka tabir sanubarinya untuk berhadapan langsung dengan penciptanya, dan tanpa ia sadari dengan segala indera yang dia miliki bahwa ia yang sedang berhadapan dengan Allah, sedang bersama dengan Allah, sedang berbicara dengan Allah, dan setiap harinya seorang hamba diberi anugerah 5 waktu dalam sehari untuk menghadap Allah, bahkan jika seorang hamba menginginkan lebih dekat lagi maka hal itu diperbolehkan karena Allah tidak akan menolak seorang hamba jika ingin lebih mendekat kepada Allah. Dan jika hamba ingin mendekat kepada Allah, maka Allah lebih ingin mendekat kepada hamba-Nya itu, tidak ada seorang hamba yang ingin mendekat kepada Allah dan tidak Allah dekati, namun Allah akan menjawab dengan kedekatan yang lebih lagi, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ، بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Bila dia ( seorang hamba ) mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat ( bergegas)”
Namun bukan berarti Allah berbentuk jasad, tetapi yang dimaksud adalah ketika seorang hamba ingin mendekat kepada Allah maka Allah akan lebih ingin mendekat kepadanya. Jika seorang hamba rindu kepada Allah maka Allah subhanahu wata’ala mencintainya lebih dari kerinduan hamba-Nya. Allah subhanahu wata’ala yang telah menghadirkan kita di malam hari ini dan memperdengarkan kepada kita keluhuran-keluhuran. Begitu pula dengan memperbanyak wudhu’, dan sebelum kita melakukan shalat tentunya kita berwudhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
“Sesungguhnya umatku pada hari kiamat akan dipanggil dengan cahaya putih berseri-seri (di wajah dah kaki) karena bekas wudhu,maka barangsiapa yang ingin memperlebar cahayanya,hendaklah ia melakukannya (memperbanyak wudhu)”
Maka jika punya waktu hendaklah melebihkan sentuhan air pada anggota-anggota wudhu’, seperti jika membasuh wajah dilebihkan hingga ke bawah dagu, jika membasuh tangan lebihkanlah sampai ke atas siku, dan jika membasuh kaki maka lebihkanlah sampai di tengah-tengah antara lutut dan mata kaki, mengapa? karena ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang banyak melakukan hal itu kelak akan bercahaya di hari kiamat, semoga Allah menerangi kita dengan cahaya wudhu’.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Inilah malam-malam luhur, malam-malam dzikir dan munajat, marilah kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga hari-hari kita semakin luhur dan indah, dilimpahi ketenangan, dilimpahi kesejukan, dilimpahi kebahagiaan, dilimpahi keluhuran dan kesucian, dicabut dari segala keinginan untuk berbuat dosa dan dilimapahi keinginan untuk berbuat luhur…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita ucapkan selamat datang kepada tamu-tamu dari Singapura yang malam ini hadir, semoga dalam rahmat dan keberkahan Allah subhanahu wata’ala. Dan saya mohon doa kepada para hadirin, sebagaimana perjuangan dakwah kita ini semakin berat, merupakan tanggung jawab besar dalam merayakan hari ulang tahun DKI Jakarta dengan dzikir dan doa, yang kemudian akan disusul dengan acara Isra’ Mi’raj, kemudian malam Nishfu Sya’ban, lalu Haul Ahlul Badr, insyaallah. Dan Alhamdulillah kita telah mengadakan kerja sama dengan team TV One, insyaallah dalam bulan Ramadhan akan ada 4 kali tayang dalam seminggu, jadi dalam satu bulan ada sekitar 16 atau 17 kali tayang di TV One. Sungguh hal ini adalah tanggung jawab berat bagi kita semua, bagi para crew dan staf-staf MR dan juga bagi hamba pribadi, oleh sebab itu mohon doa dan dukungan karena tidak ada hadiah yang lebih agung dari berdoa untuk suksesnya perjuangan ini, dan setelah itu insyaallah kita akan mengadakan Takbiran Akbar juga namun belum tau pasti keadaannya dan dimana, karena jika kalender tidak berubah maka malam takbiran tepat pada malam Selasa. Sebagaimana kita ketahui majelis kita ini tidak ada liburnya karena majelis dakwah dan dzikir bukan majelis ta’lim khusus, kalau majelis ta’lim khusus kebanyakan akan libur jika masuk bulan Ramadhan dan memperbanyak mengaji Al qur’an dan beribadah, namun majelis dzikir dan dakwah seperti ini justru di bulan Ramadhan seharusnya lebih ditekankan lagi, meskipun saya telah wafat insyaallah majelis ini akan terus berlanjut,amin. Maka kami mohon dukungan dan khususnya doa, karena tidak ada hadiah yang lebih berharga dari doa, dan tidak ada dukungan yang lebih kuat daripada doa, karena tidak ada yang bisa merubah ketentuan Allah kecuali doa. Perbanyak doa untuk kesuksesan dakwah nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Selanjutnya kita berdoa bersama dengan qasidah Ya Arhamar Rahimin, kemudian kalimat talqin dan doa penutup oleh guru kita Fadhilah As Sayyid Al Habib Hud bin Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykuuraa…

Makna Mendahulukan Makan Sebelum Shalat


Makna Mendahulukan Makan Sebelum Shalat




قال رسول اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا وُضِعَ الْعَشَاءُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ
صحيح البخاري
“Sabda Rasulullah SAW: “Jika sudah dihidangkan makan malam, lalu Iqamat shalat, maka mulailah dengan makan malam dahulu ” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka gerbang rahmatNya sepanjang waktu dan zaman, seluruh pintu rahmat itu terbuka bagi jiwa yang ingin memasukinya, bagi mereka yang mendambakannya, bagi mereka yang ingin tinggal di dalam istana rahmat Ilahi dalam kehidupannya, yang mana alam sanubarinya senantiasa berada dalam rahmat Allah subhanahu wata’ala, hingga kelak mereka akan tinggal di dalam istana yang abadi di surga, yang hal itu juga merupakan salah satu bentuk rahmat Allah subhanahu wata’ala. Mutiara-mutiara kebahagiaan yang tiada pernah berhenti berlimpah, sejak kebangkitan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga saat ini, yaitu Al qur’anul Karim yang menuntun kita kepada keluhuran, dimana setiap huruf dari ayat-ayat tersebut adalah firman-firman Allah dan merupakan kewibawaan Ilahi, setiap hurufnya adalah kasih sayang Ilahi yang menuntun kita kepada cintaNya, meskipun dalam ayat-ayat tersebut terdapat ayat kemurkaan Allah yang diantaranya menjelaskan tentang neraka dan lainnya, namun semua itu bahkan akan menuntun kita untuk menuju cintaNya, dan itulah rahmat dan kemuliaan Allah yang ditunjukkan dalam Al qur’anul Karim, yang kesemua itu hakikatnya adalah surat cinta Allah untuk hamba-hambaNya. Tiada akan pernah ditemui seseorang yang akan menulis surat cinta sebanyak lebih dari 6000 ayat, namun Allah subhanahu wata’ala menulisnya untuk kita, karena kita terpilih sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Al qur’an tidak diturunkan untuk pepohonan, matahari, bulan dan yang lainnya, akan tetapi diturunkan untuk manusia. Maka setelah datang lebih dari 6000 kalimat cinta dari Allah subhanahau wata’ala yang menuntun kita dan melamar kita untuk menerima cinta Allah subhanahu wata’ala, dan jika kita menolaknya maka sepantasnya apabila kita mendapatkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, wal’iyadzubillah.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Allah subhanahu wata’ala tidak akan mempersulit hamba-hambaNya, dimana Allah memerintahkan kita untuk mengerjakan hal-hal yang wajib maka kita kerjakan semampu kita, dan jika kita terjebak ke dalam perbuatan hina atau dosa maka segeralah memohon pengampunan kepada Allah, karena secepat apa kita memohon pengampunan kepada Allah, maka pengampunan Allah subhanahu wata’ala secepat itu pula datang kepada kita bahkan lebih. Pengampunan Allah subhanahu wata’ala sangat cepat datangnya terlebih lagi kepada hamba yang bersegera memohon pengampunan Allah. Begitu juga semakin seseorang memperlambat permohonan ampunannya kepada Allah, maka semakin lambat pula Allah menurunkan pengampunan untuknya, meskipun Allah subhanahu wata’ala senantiasa menanti permohonan maaf atau tobat hamba-hambaNya, namun janganlah menunggu hingga datangnya utusan pencerai ruh dengan jasad.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Dalam hadits yang telah kita baca, dimana sekilas hadits ini terlihat sangat ringkas namun maknanya sangat luas, dimana ketika makan malam telah dihidangkan dan ketika itu juga akan dilaksanakan shalat isya’, maka dahulukanlah makan daripada shalat, mengapa demikian, padahal dalam hadits yang lain disebutkan bahwa diantara sebaik-baik perbuatan adalah melakukan shalat pada waktunya. Namun dalam hadits tadi kita diperintahkan untuk mendahulukan makan, maka dalam hal ini kita ingin memberi pemahaman kepada sebagian saudara-saudara kita yang mengatakan bahwa jika telah dikumandangkan iqamah untuk melakukan shalat maka diharamkan melakukan sesuatu yang lain selain shalat, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk makan terlebih dahulu jika makanan telah siap dihidangkan, mengapa demikian? karena jika melakukan shalat terlebih dahulu maka syaithan akan lebih mudah membisiki untuk segera mempercepat shalat karena makanan telah siap. Adapun orang-orang yang shalih, mereka akan makan secukupnya saja, karena mereka mengetahui bahwa jika mereka makan yang banyak maka mereka akan menghadapi shalat isya’ dalam keadaan yang berat dan payah, demikian indahnya didikan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam .
Dan diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang akan masih terhitung berada dalam shalat (pahala) selama ia menunggu waktu shalat berikutnya, karena menunggu suatu kebaikan adalah suatu kebaikan pula, oleh karena itu ketika makanan telah dihidangkan dan ketika itu akan dilaksanakan shalat, dan ketika makanan didahulukan maka termasuk dalam keadaan menunggu shalat, sehingga selama waktu makan pun hal itu terhitung dalam pahala melakukan shalat, karena menunggu sesuatu yang baik mendapatkan pahala kebaikan, sebagai contoh jika telah masuk waktu shalat namun belum juga dikumandangkan iqamah, maka waktu ketika menunggu iqamah untuk melakukan shalat hal itu terhitung dalam pahala shalat, jika seseorang menunggu dalam waktu 30 menit hingga shalat dilakukan maka dalam waktu itu pula terhitung mendapatkan pahala melakukan shalat, demikian indahnya sunnah-sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita berusaha untuk selalu menguatkan iman kita semampunya, sebagaimana kita ketahui para nabi dan ummat terdahulu mereka mendapatkan cobaan yang sangat berat, seperti halnya nabi Musa As yang begitu berat mendapatkan cobaan dari Allah subhnahu wata’ala, dimana beliau dibesarkan dalam istana Fir’aun dan justru beliaulah yang akan menjadi penakluk kerjaan Fir’aun. Dijelaskan dalam surat Al A’raf, secara ringkasnya dimana ketika nabi Musa As melarikan diri dari Fir’aun karena memukul salah seorang yang berkelahi hingga meninggal, padahal nabi Musa memukulnya bukan dengan niat untuk membunuh namun orang tersebut meninggal, sehingga tersebar kabar bahwa Fir’aun dan prajuritnya sedang mencarinya dan ingin membunuhnya, maka nabi Musa pun pergi dan menjauh dari tempat itu, yang kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada nabi Musa AS :
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآَيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ، اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ، فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ، قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى ، قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ، فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى
( طه : 42-47 )
“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas, maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas, Allah berfirman: "Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Rabbmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk”. (QS.Thaha : 42-47)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah memerintah nabi Musa dan nabi Harun untuk berucap lemah lembut terhadap Fir’aun dan pengikutnya akan bertaubat, meskipun Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan bertaubat, namun Allah ingin menunjukkan akan cara berdakwah dengan lemah lembut. Dan kisah ini Allah sebutkan dalam Al qur’an agar kita memahami cara yang benar dalam berdakwah, yang itu adalah tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian nabi Musa As datang kepada Fir’aun dan menyampaikan kepadanya bahwa ia membawa risalah dari Tuhannya, maka Fir’aun berkata siapa tuhannya, lantas nabi Musa berkata bahwa tuhannya adalah Yang menghidupkan dan mematikan manusia, maka Fir’aun berkata bahwa dia mampu menghidupkan dan mematikan, dimana dia bisa memerintah seseorang untuk membunuh atau tidak membunuh, kemudian nabi Musa As berkata bahwa Tuhannya mampu menerbitkan matahari dari timur, lantas beliau meminta Fir’aun untuk menerbitkan matahari dari barat, mendengar hal itu Fir’aun pun terdiam. Kemudian nabi Musa As menunjukkan mu’jizatnya, dimana tongkat nabi Musa berubah menjadi ular, maka Fir’aun mengumpulkan semua tukang sihir untuk melawan nabi Musa, yang mereka anggap bahwa hal yang dilakukan nabi Musa As adalah sihir seperti yang mereka perbuat. Maka semua penyihir mengelilingi nabi Musa, dimana perbuatan mereka hanyalah sihir yang hanya menipu mata dan pandangan orang, maka ketika itu mereka melemparkan tali-tali yang kemudian terlihat seperti ular, akan tetapi tongkat nabi Musa berubah menjadi ular yang sangat besar sehingga semua tali yang mereka lemparkan ditelan oleh tongkat nabi Musa As yang menjadi ular, melihat hal tersebut maka para penyihir itu tersungkur sujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آَمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
(طه : 70 )
“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa". (QS. Thaha: 70 )
Setelah para penyihir itu beriman kepada Allah, maka Fir’aun berkata kepada mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قَالَ آَمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آَذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى
(طه : 71 )
“ Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik , dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". (QS. Thaha : 71 )
Kemudian para penyihir itu menjawab ucapan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، إِنَّا آَمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
(طه : 72-73 )
“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu'jizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Rabb yang menciptakan Kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)". (QS. Thaha: 72-73)
Padahal mereka adalah orang-orang yang baru beriman, namun keimanan mereka sangat kuat sehingga ancaman atau bahaya apapun yang akan menimpa mereka tidak mereka pedulikan, dan mereka akan tetap beriman dengan apa yang disampaikan oleh nabi Musa As.

Pengangkatan Derajat Bagi Yang Keluar-Masuk Masjid


Pengangkatan Derajat Bagi Yang Keluar-Masuk Masjid




قال رسول اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ، وَرَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ، نُزُلَهُ، مِنْ الْجَنَّةِ، كُلَّمَا، غَدَا أَوْ رَاحَ
(صحيح البخاري
( “Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang datang menuju masuk dan keluar dari masjid (keluar masuk masjid untuk ibadah) maka Allah jadikan setiap ia keluar dan masuk itu derajat lebih tinggi baginya di surga” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada hamba-hambaNya. Rahmat dan kebahagiaan adalah hal yang jika tidak kita dapatkan, maka yang didapatkan adalah hal yang sebaliknya yaitu kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Dan untuk memunculkan rahmat dan kebahagiaan itu mak mengutus kepada kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliaulah pembawa rahmat dan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah milik Allah subhanahu wata’ala yang mana di dunia diberikan kepada semua hamba, baik ia adalah orang yang baik atau jahat, sedangkan kebahagiaan di akhirat hanya dikhususkan untuk hamba-hamba yang baik saja. Maka kehidupan dunia yang seakan seperti sekolah, yang mana di dalamnya terdapat ujian-ujian dan ada ujian akhir juga, adapun ujian akhir seorang manusia dalam kehidupan dunia ini adalah sakaratul maut. Pernah terjadi suatu waktu salah seorang jama’ah meminta untuk didoakan karena keesokan harinya ia akan menghadapi sidang skripsi, namun keesokan harinya telah sampai kabar bahwa anak tersebut telah menghembuskan nafas terakhir, maka ketika itu lewatlah hari-hari dimana ia disibukkan dengan penulisan skripsinya dan di hari itu yang ia dapatkan adalah batu nisan bukan ijazah, namun dengan ini jangan berputus harapan dengan berkata untuk tidak perlu belajar di sekolah atau kulih, akan tetapi teruslah berjuanglah dan jadikan apa yang ada dalam diri kita saat ini adalah modal untuk mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala, maka seorang yang belajar di sekolah atau kampus jadikanlah profesinya sebagai pelajar itu adalah hal yang mendekatkannya kepada Allah subhanahu wata’ala, mungkin dengan cara mengajak teman-teman yang di sekolah untuk hadir pada majelis-majelis ta’lim atau mejelis dzikir, dan ketika seorang pelajar melakukan hal itu maka keadaannya bukan hanya sekedar siswa atau pelajar, namun dia juga adalah pejuang atau penggembira hati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena mengajak orang lain pada keluhuran adalah hal yang paling menggembirakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, baik mengajak sesama muslimin atau pun orang non muslim. Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala memberi kita taufik untuk hadir di majelis agar berada dalam limpahan rahmatNya, semoga kita selalu dalam rahmat dan kebahagiaan dari Allah subhanahu wata’ala. Sungguh keidupan ini tiadalah artinya jika seandainya kita tidak mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala, walaupun seluruh jagad raya ini berubah menjadi berlian dan menjadi milik kita, namun Allah murka kepada kita maka kenikmatan itu hakikatnya adalah api kelam yang menggejolak di neraka. Allah subhanahu wata’ala menawarkan cintaNya kepada hamba-hambaNya, dan Allah murka jika cintaNya ditolak, karena Dialah Yang Maha Berhak dicintai, Dialah Yang Maha Mencintai dan berkasih sayang, dan Dialah Yang Maha Memiliki cinta dan menciptakannya dari tiada. Maka Allah subhanahu wata’ala akan murka jika hambaNya mencintai yang lain lebih dari kecintaannya kepada Allah sehingga terkadang Allah timpakan musibah kepada orang itu agar ia memperbaiki hubungannya dengan Allah subhanahu wata’ala, karena seorang hamba jika diberi musibah atau cobaan oleh Allah maka ia akan lebih mendekat kepada Allah dan memeperbanyak berdoa kepadaNya, namun tidak sedikit pula hamba-hamba yang diberi cobaan oleh Allah lantas ia semakin jauh dari Allah subhanahu wata’ala, dan jika demikian maka Allah subhanahu wata’ala akan menambah kesulitannya, apabila keadaan seperti itu terjadi pada seorang hamba maka kesulitan akan terus ia hadapi sampai ia mencapai sakaratul maut, hingga jenazahnya diusung dan dimasukkan ke liang kubur. Dalam sebuah riwayat yang tsiqah disebutkan bahwa ada seorang anak kecil telah wafat, beberapa hari kemudian ayah anak itu melihatnya dalam mimpi dan mendapati wajah anaknya seperti wajah orang yang telah lanjut usia, tua renta, wajah keriput dan rambut penuh uban, maka si ayah berkata : “wahai anakku, engkau meninggal dalam usia yang masih kecil, namun mengapa wajahmu berubah seperti ini?”, maka anak itu berkata : “wahai ayah, ketika aku di perkuburan dalam ketenangan, ketika itu diturunkan jenazah ke dalam tanah maka ketika itu suara neraka jahannam bergemuruh hingga membuatku merasa sangat takut dan berubahlah wajahku seperti ini”, karena jenazah itu adalah seorang pendosa ketika hidup di dunia. Neraka bergemuruh dengan diturunkannya jasad para pendosa, namun sangat berbeda ketika yang diturunkan adalah jenazah orang-orang shalih, sebagaimana yang disebutkan dalam sirah Siyar An Nubalaa’ dan kitab Tadzkirah al huffazh, dimana ketika Al Imam Ahmad bin Hanbal wafat dan yang menyalati beliau adalah 1 juta muslimin, beberapa hari setelah beliau wafat, keluarga dari seseorang yang telah wafat dan dikuburkan berdekatan dengan kuburan Al Imam Ahmad, ia melihat keluraganya yang telah wafat itu memakai mahkota yang sangat bercahaya, maka orang tersebut berkata kepadanya : “Wahai Fulan, di dunia ini engkau bukanlah orang yang sangat shalih, namun bagaimana keadaanmu di alam barzakh begitu indah?, maka ia berkata : “Ketika jasad Al Imam Ahmad bin Hanbal masuk ke dalam kuburnya, maka di saat itu turun 10.000 cahaya di pekuburan itu”. Hal seperti ini telah Allah firmankan dalam Al Qur’an :
فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا
( المزمل : 17 )
“ Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.” ( QS. Al Muzammil : 17 )
Mereka yang meninggal dalam usia belum mencapai baligh wajah mereka berubah karena rasa takut yang dahsyat akan siksaan api neraka, maka bagaimana halnya orang-orang dewasa yang telah baligh. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman menjelaskan pedihnya kehidupan di neraka:
إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّوْمِ ، طَعَامُ الْأَثِيمِ ، كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ ، كَغَلْيِ الْحَمِيمِ
( الدخان : 43-46 )
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa, (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” ( QS. Ad Dukhaan: 43-46)
Naungan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala ditawarkan kepada kita, yaitu dengan menjadikan balasan atas satu perbuatan baik adalah sepuluh balasan kebaikan, sedangkan balasan dari satu perbuatan jahat adalah satu perbuatan dosa akan tetapi Allah senantiasa siap untuk mengampuninya. Sunggun tiada yang lebih baik dan dermawan dari Allah subhanahu wata’ala, maka pilihlah Allah subhanahu wata’ala, dimana setelah kita wafat tidak ada tempat selain neraka dan surga, dan hanya Allah lah yang menentukan dimanakah kita akan berada.
Saudara saudari yang dimulikan Allah
Hadits yang telah tadi kita baca tadi, dimana jika seseorang mendatangi masjid maka setiap kali ia mendatangi masjid dan pulang dari masjid, derajatnya di surga ditambah oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mencapai ke derajat yang lebih tinggi. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa berangkat dan pulang dari masjid di pagi dan doi sore hari, namun Al Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah ketika seseorang masuk dan keluar dari masjid karena ingin beribadah, maka setiap kali ia masuk ke masjid maka derajatnya di surga dinaikkan oleh Allah, begitu juga setiap kali keluar dari masjid maka derajatnya di surga pun semakin tinggi. Maka ketika dikatakan bahwa derajat seseorang di surga dinaikkan, berarti sudah pasti ia berada di surga dan bukan hanya sekedar selamat dari neraka. Maka seseorang yang menuju ke masjid dengan niat beribadah ia tidak akan masuk neraka, karena dia berada di jalan Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
”Barangsiapa berdebu kedua kakinya di jalan Allah, maka Allah haramkan ia dari api neraka.” (HR. Al Bukhari)
Dan orang yang berada di jalan Allah bukan hanya terbatas jihad dalam peperangan saja, akan tetapi termasuk pula orang yang melangkah ke masjid kemuidian ia wafat, maka ia wafat di jalan Allah, itulah kemuliaan untuk orang-orang yang melangkah ke Baitullah (Masjid), dimana saat ini Allah juga Allah menaikkan derajat kita di surga, dan setelah selesai dari majelis dan keluar dari masjid ini maka akan dinaikkan lagi derajat kita di surga oleh Allah subhanahu wata’ala, maka janganlah kita berpaling dari kemuliaan ini dan lebih memilih kemungkaran. Manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan tidak akan mungkin terlepas dari perbuatan dosa dan Allah pun Maha Mengetahui akan hal itu, namun kita selalu berusaha untuk tidak berbuat dosa. Yang mampu menjauhi seluruh dosa dan mentaati seluruh peraturan Allah, hal itu hanya dapat dilakukan oleh para malaikat, nabi dan rasul karena mereka tidak mempunyai hawa nafsu untuk berbuat maksiat, mereka hanya memiliki keinginan untuk selalu taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi kita sebagai manusia, Allah berikan kepada kita keinginan untuk berbuat baik dan keinginan berbuat buruk, dan jika kita memilih keinginan berbuat baik maka Allah akan semakin memudahkan kehidupan kita, sebaliknya jika kita memilih keinginan untuk selalu berbuat buruk maka kehidupan dan masa depan kita pun akan menjadi buruk, karena masa depan kita adalah milik Allah subhanahu wata’ala, namun janganlah kita berperasangka buruk atas keputusanNya, meskipun hal itu menyedihkan kita. Sebagaimana yang terdapat dalam hikayat di surah Al Kahfi, ketika nabiyullah Musa As berjumpa dengan nabi Khidir As dan beliau ingin ikut bersamanya untuk belajar darinya, maka nabi Khidir As berkata kepada nabi Musa, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا ، وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
( الكهف : 67-68 )
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” ( QS. Al Kahfi : 67-68)
Dimana masing-masing dari mereka diberi ilmu yang berbeda oleh Allah, dimana nabi Khidir diberi ilmu yang tidak diberikan kepada nabi Musa begitu juga sebaliknya, namun derajat nabi Musa As lebih mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala karena nabi Musa juga sebagai rasul, akan tetapi Allah ingin menunjukkan bahwa ada ilmu yang Allah berikan kepada selain nabi Musa As, yang mana ia lebih rendah derajatnya dari beliau. Maka nabi Musa berkata kepada nabi Khidir bahwa ia akan senantiasa bersabar untuk belajar dan ikut bersamanya, kemudian keduanya naik ke sebuah kapal dan pemilik kapal itu mengetahui bahwa nabi Khidir adalah orang yang baik dan shalih, maka ia pun mempersilahkan mereka untuk naik ke kapalnya tanpa meminta upah atau bayaran dari mereka, setelah kapal itu mulai berlayar dan keluar dari pelabuhan, maka nabi Khidir turun ke dasar kapal dan melubanginya hingga kapal itu tenggelam, namun tenggelam dalam air yang masih dangkal karena belum jauh dari dermaga, melihat hal itu nabi Musa As berkata : “ Bagaimana engkau lakukan hal itu, padahal pemilik kapal ini orang yang baik”, kemudian nabi Khidir berkata sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
(الكهف : 72 )
“Dia (Khidihr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.” (QS. Al Kahf : 72)
Maka nabi Musa meminta maaf kepada nabi Khidir agar ia tidak mengindahkan ucapannya tadi agar ia tetap menempuh perjalanan bersamanya. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan, setelah sampai di suatu tempat mereka menemui anak kecil yang kemudian nabi Khidir membunuh anak tersebut, maka nabi Musa As pun berkata kepada nabi Khidir : “Mengapa engkau membunuh anak kecil yang tidak berdosa itu, hal itu adalah perbuatan yang sangat munkar”, maka nabi Khidir pun berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
( الكهف : 75 )
“Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku".( QS. Al Kahf : 75)
Nabi Musa AS kembali meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal tersebut, maka nabi Khidir berkata : “ Sekali lagi engkau menanyakan akan hal-hal yang kuperbuat dalam perjalanan selanjutnya, maka hal itu adalah akhir dari perjumpaan kita”. Dijelaskan oleh para ahlu tafsir, dimana karena nabi Musa As adalah seorang rasul yang juga memiliki tanggung jawab dan harus menegakkaan kebenaran, maka beliau tidak bisa hanya diam jika melihat suatu hal yang munkar, maka di ketiga kalinya ketika nabi Khidir berbuat hal yang salah, nabi Musa pun sengaja memprotes kembali nabi Khidir agar ia berpisah dengan nabi Khidir meskipun sebelumnya ia telah bersepakat untuk tidak lagi bertanya atau memperotes perbuatan nabi Khidir, karena beliau khawatir perbuatan nabi Khidir akan dipertanggungjawbakan oleh beliau kelak di akhirat. Kemudian mereka memasuki sebuah perkampungan dimana penduduk di kampung itu tidak mau menjamu mereka, maka nabi Khidir pun membangun satu tembok yang telah roboh di kampung itu, lalu nabi Musa berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
( الكهف : 77 )
"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".( QS. Al Kahf : 77)
Dan hal ini diucapkan oleh nabi Musa As agar beliau berpisah dengan nabi Khidir, kemudian nabi Khidir pun berkata kepada nabi Musa As sebagaimana firman Allah subhnahu wata’ala:
قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا ، أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا ، وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا ، فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا ، وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
( الكهف : 78 – 82 )
“Khidihr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". ( QS. Al Kafi : 78-82)
Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nabi Khidir menyimpan hikmah, yang pertama dimana kapal yang yang ditumpangi nabi Khidir dan nabi Musa dibocorkan agar kemudian tenggelam, karena didepan telah menunggu kapal perampok yang akan merampas barang-barang di kapal yang mereka tumpangi, yang mana kapal itu berisi harta benda berupa emas, perak dan lainnya, dan kesemua itu tidak akan rusak dengan ditenggelamkan ke air, maka nabi Khidir memilih menenggelamkan kapal itu daripada dirampas oleh para perampok. Yang kedua, Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil karena kelak ketika tumbuh besar anak kecil itu akan menjadi orang fasik yang banyak melakukan kejahatan dan akan selalu menyusahkan dan menyedihkan kedua orang tuanya kelak, sedangkan orang tuanya adalah orang yang shalih sehingga Allah ingin meneganugerhkan kepada mereka seorang anak yang shalih dan berbakti kepada kedua orang tuanya, maka dengan kematian anak itu orang tuanya merasa sangat sedih, akan tetapi kesedihan itu seakan-akan Allah jadikan sebagai penebus untuk mendapatkan anak yang shalih. Hal yang ketiga, nabi Khidir membangun kembali tembok sebuah rumah yang hampir roboh karena didalamnya terpendam harta karun seorang keluarga untuk keturunannya mendatang yang miskin, yaitu keturunannya yang ketujuh, sehingga harta benda itu terjaga dan baru akan Allah keluarkan untuk keturunannya yang ketujuh, sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab tafsir. Oleh karena itu, sangat banyak hal-hal yang tidak kita ketahui namun mengandung hikmah dan makna yang sangat besar. Maka kita harus memahami barangkali hal-hal yang tidak kita sukai sebanarnya baik untuk kita atau bahkan sebaliknya , seperti kejadian-kejadian yang telah dilakukan oleh nabi Khidir dan ketika itu nabi Musa pun mengingkarinya karena beliau tidak tau makna dibalik semua itu. Maka Hujjatul Islam Al Imam Al Haddad Rahimahullahu ta’ala berkata dalam salah satu qasidahnya:
كُلُّ فِعْلِكَ جَمِيْلٌ
“Segala perbuatanMu (Allah) indah”
Allah subhanahu wata’ala tidak ingin menyusahkan makhlukNya, sehingga dari dahulu manusia telah ditempatkan di surga, akan tetapi tertipunya nabi Adam dan sayyidah Hawa oleh syaitan membuat mereka keluar dari surga dan hal itu pun atas kehendak Allah subhanahu wata’ala, karena semua makhluk yang ada di alam semesta ini tidak akan mendapatkan kehidupan yang abadi kecuali jin dan manusia, meskipun semua makhluk-makhluk Allah seperti matahari, bulan, pepohonan, gunung-gunung, lautan dan lainnya yang selalu bertasbih dan berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala tanpa kita ketahui, dan tidak bermaksiat kepada Allah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
( الإسراء : 44 )
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” ( Qs.Al Israa: 44 )
Jika demikian bagaimana keadilan Allah kepada semua makhlukNya!?. Inilah yang harus kita fahami, dimana manusia dikeluarkan dari surga, kemudian Allah subhanahu wata’ala menciptkan neraka, sehingga manusia yang baik kelak akan dimasukkan ke surga dan yang jahat akan masuk neraka, maka inilah keadilan Allah subhanahu wata’ala kepada alam semesta dan ciptaanNya yang lain. Dan semua makhluk Allah yang ada di alam semesta ini selain manusia dan jin memahami hal itu, karena manusia yang jahat akan ditempatkan di neraka, dan manusia yang baik akan ditempatkan di surga. Mereka manusia menjalani tes terlebih dahulu untuk mencapai kenikmatan di surga, namun alam semesta tidak mampu mengemban hal itu yaitu untuk menjadi khalifah di bumi, namun manusialah yang berani mengemban hal itu.
Maka takdir kehidupan kita dalam frekuensi per detik hal itu bisa berubah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى، وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
( الليل: 5- 7 )
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. ( QS. Al Lail : 5-7)
Orang yang bertakwa dan membenarkan sesuatu yang benar, maka orang yang ingin melakukan dzikir atau shalawat bersama jangan dilarang dan disalahkan. Maka perubahan takdir bisa berubah dalam hitungan detik dengan cara bersedekah, dengan bertakwa dan membenarkan hal-hal yang baik, maka orang yang melakukan hal itu akan Allah mudahkan jalan kehidupannya. Misalnya seseorang bersedekah, maka dalam satu detik itu berapa banyak musibah yang telah Allah singkirkan darinya, atau dengan membenarkan hal-hal yang baik dan tidak mengingkari perbuatan baik, seperti menghadiri majelis ta’lim atau majelis dzikir dan shalawat, dan lainnya. Maka semakin seseorang banyak melakukan kebaikan, maka semakin dimudahkan kehidupannya baik di dunia, di barzakh dan di akhirah, amin. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى، وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
( الليل : 8-10 )
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami (Allah) akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” ( QS. Al Lail : 8-10)
Sedangkan orang yang kikir, dan tidak membenarkan perbuatan-perbuatan yang baik namun mengingkarinya maka Allah akan memudahkan jalannya pada kesusahan atau kesulitan dalam kehidupannya baik di dunia, di barzakh dan di akhirat. Wal’iyadzubillah

Selasa, 26 Juni 2012

Perencanaan


Perencanaan
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan di dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.
Perencanaan merupakan proses dasar manajemen dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tertentu. Langkah-langkah tersebut seperti menetapkan tujuan dan target, merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target, menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan, serta menetapkan strandar keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis. Perencanaan dalam kegiatan manajemen pada perusahaan meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Menentukan jenis dan jumlah produk yang akan diproduksi agar tepat dalam hal kualitas, manfaat, dan kuantitasnya sehingga tercapai keuntungan yang maksimal.
b. Menetapkan jumlah dana yang diperlukan untuk modal kerja maupun modal tetap. Dan untuk menetapkan apakah akan dibiayai dengan modal sendiri atau dengan pinjaman (kredit).
Misalnya akan diadakan suatu acara perlombaan. Acara tersebut tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada perencanaan dengan baik. Sehingga sebelumnya panitia harus menentukan tujuan yang akan dicapai, menyusun kepengurusan, menetapkan strategi dan taktik untuk mencapai tujuan, memperkirakan anggaran yang digunakan, dan sebagainya
Pada intinya, perencanaan sebagai upaya untuk merumuskan apa yang ingin dicapai dan bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Sebuah rencana dikatakan baik ketika apa yang dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut George R. Terry bahwa untuk mengetahui baik atau tidaknya sebuah perencanaan maka dapat ditentukan dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
a. What : 1) apa yang menjadi tujuan perusahaan.
2) apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Why : 1) mengapa tujuan tersebut harus dicapai.
2) mengapa melakukan kegiatan tersebut.
c. Where : dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
d. When : 1) kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
2) kapan kegiatan tersebut harus dimulai dan diakhiri.
e. Who     : siapa yang akan melaksanakannya.
f. How      : bagaimana cara yang harus dilaksanakan untuk melakukan kegiatan
Berdasarkan kegiatan-kegiatan perencanaan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari perencanaan adalah berikut ini.
a. Sebagai Pengarah Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Bayangkan saja ketika perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksinya tanpa ada perencanaan. Maka akan ditemui banyak masalah, dan ketidakjelasan dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian perencanaan memegang fungsi pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh perusahaan.
b. Meminimalisasi Ketidakpastian Di dunia ini tidak ada sesuatu yang tidak berubah. Adanya perubahan inilah yang akan menimbulkan ketidakpastian bagi perusahaan. Ketidakpastian inilah yang coba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan. Dengan adanya perencanaan, diharapkan ketidakpastian yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang dapat dikurangi.
c. Meminimalisasi Pemborosan  Sumber Daya Dengan adanya perencanaan, penggunaan sumber daya dapat dikendalikan, karena hanya sumber daya yang potensial saja yang dibutuhkan dalam kegiatan. Dengan demikian tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat.
d. Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas Dibuatnya suatu rencana kegiatan, akan mempermudah penentuan berhasil dan tidaknya pelaksanaan kegiatan perusahaan. Hal ini dapat ditentukan dengan membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan hasil di lapangan. Dengan demikian perencanaan akan dijadikan standar kualitas bagi perusahaan.

Planing(perencanaan)
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu.
Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
1. Batasan Perencanaan
Menurut Newman perencanaan (planning) is deciding in advance what is to be done. Sedangkan menurut A.Allen planning is the determination of a course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( When ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan. NEWMAN : Perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
LOUIS A ALLEN : Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
CHARLES BETREHEIM : Rencana mengandung 2 tindakan : Tujuan dan alat untuk mencapai tujuan itu.
2. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2.
Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
3. PROSES PEMBUATAN PERENCANAAN
1. Menentukan tujuan perencanaan
2. Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
3. Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
4. Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
5. Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya
Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat
difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan
yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan
(Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa
terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan
dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat
diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya
yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.
4. Siapa Pembuat Rencana ?
1. Panitia Perencanaan
Panitia ini terdiri dari beberapa unsure yang mewakili beberapa pihak, yang masing-masing membawakan misinya untuk menghasilkan suatu rencana, dengan harapan rencana yang dibuat akan lebih baik.
2. Bagian Perencanaan
Seringkali tugas perencanaan, merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas khusus membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur perwakilan yang mewakili suatu bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf
Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada dua kelompok fungsional yaitu :
- Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan yaitu kelompok yang langsung menangani pekerjaan
- Staf (pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan barang atau produk perusahaan, tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk kemudian merencanakan sesuatu guna.
5. BENTUK-BENTUK PERENCANAAN
1. Perencanaan Jangka pendek (Short Range Plans)
2. Perencanaan Jangka panjang (Long Range Plans)
3. Perencanaan Strategi
4. Perencanaan Operasional
5. Perencanaan Tetap
6. Perencanaan Sekali Pakai
PENJELASAN:
1.Perencanaan Jangka Panjang & Jangka Pendek
Jangka Pendek : Perencanaan untuk jangka waktu 1 tahun atau kurang
Menengah : 1 s/d 2 tahun
Panjang : Jangka waktu 5 tahun atau lebih
2. Perencanaan strategi dan operasional
A. Perencanaan Strategi : Kebutuhan jangka panjang dan menentukan komprehensif yang telah diarahkan.
Menentukan tujuan untuk organisasi kegiatan apa yang hendak diambil sumber-sumber apa yang diperlukan untuk mencapainya.
Tahap perencanaan strategi:
1. identifikasi tujuan dan sasaran
2. penilaian kinerja berdasar tujuan dan sasaran yang ditetapkan
3. penentuan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran
4. implementasi perencanaan strategi
5. evaluasi hasil dan perbaikan proses perencanaan strategi
Tujuan perencanaan strategi: mendapatkan keuntungan kompetitiff (competitive advantage).
Manajemen Strategi
Manajemen strategi: proses pengarahan usaha perencanaan strategi dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.
Tahap manajemen strategi:
1. perumusan strategi (strategy formulation)
2. pengimplementasian strategi (strategy implementation)
Strategi yang digunakan organisasi
Tiga tingkatan strategi yang digunakan organisasi:
1. strategi korporasi (corporate strategy)
Tujuan: pengalokasian sumber daya iuntuk perusahaan secara total.
Srtategi ini digunakan pada tingkat korporasi.
2. strategi bisnis (business strategy)
strategi untuk bisnis satu produk lini.
Strategi ini digunakan pada tingkat divisi.
3. strategi fungsional (functional strategy)
mengarah ke bidang fungsional khusus untuk beroperasi.
Strategi ini digunakan pada tingkat fungsional seperti penelitian dan pengembangan, sumber daya, manufaktur, pemasaran, dll.
B. Perencanaan operasional: kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Perencanaan operasional yang khas :
1. Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan
2. Perencanaan keuangan (Financial Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional
3. Perencanaan Fasilitas ( Facilites Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan fasilitas & layaout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
4. Perencanaan pemasaran (Marketing Plans) : Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi barang /jasa.
perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
3. Perencanaan tetap (standing plans)
Digunakan untuk kegiatan yang terjadi berulang kali (terus menerus)
Tertuang dalam : Kebijaksanaan Organisasional , Prosedur dan Peraturan
Kebijaksanaan
Perencanaan tetap yang mengkomunikasikan pengarahan yang luas untuk membuat berbagai keputusan dan melaksanakan tindakan.
Misalnya : Penyewaan karyawan, Pemberhentian sementara
Prosedur dan aturan
Perencanaan tetap yang menggambarkan tindakan yang diambil pada situasi tertentu sering disebut : Standard Operating Prosedurs (SOPs)
4. Perencanaan sekali pakai (single-use plans)
Digunakan hanya sekali untuk situasi yang unik
Anggaran
Menggunakan sumber-sumber untuk mengerjakan aktivitas proyek atau program
Merupakan alat Manajemen yang ampuh untuk mengalokasikan berbagai macam sumber yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang beranekaragam.
Jadwal Proyek
Menetapkan rangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan khusus dan yang menghubung-hubungkan dengan kerangka waktu yang khusus, target kinerja dan Sumber Daya

Pahala Menanti Waktu Shalat


Pahala Menanti Waktu Shalat
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لا يَزَالُ الْعَبْدُ، فِي صَلاةٍ، مَا كَانَ، فِي الْمَسْجِدِ، يَنْتَظِرُ الصَّلاةَ، مَا لَمْ يُحْدِثْ.
(صحيح البخاري)
“ِSabda Rasulullah saw : Tiada hentinya hamba dalam pahala shalat (walau ia diam) selama ia masih tetap dimasjid dalam keadaan suci menanti waktu shalat” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka keluhuran di dalam kehidupan jiwa, Yang menjadikan setiap detik-detik adalah berlian keabadian untuk mencapai kedekatan kepada Allah, hingga sampailah kepada kita seindah-indah kabar yang merupakan samudera luas Ilahi, mutiara pembuka keridhaan Allah subhanahu wata’ala, rahasia cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat, rahasia pembuka keluhuran di dunia dan akhirat, rahasia pembuka kesucian dan keindahan yang membuat hati tenang yang dipenuhi dengan iman dan ihsan di dunia dan akhirat. Suara dari untaian kalimat-kalimat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menerangi jiwa-jiwa para sahabat dan mengangkat jiwa mereka menuju kepada keluhuran, yang telah berkata sayyidina Abu Hurairah RA:
ياَرَسُوْلَ الله إِذَا رَأَيْنَاكَ رَقَّتْ قُلُوْبُنَا
“ Wahai Rasulullah jika kami melihatmu, terangkatlah hati kami sampai puncak ke khusyu’an”
Maka ketika pemilik wajah indah itu mengucapkan kata-kata sungguh seakan-akan mutiara berjatuhan dari bibir mulia beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, karena indahnya suara beliau. Sehingga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa tiada suara yang lebih indah daripada suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika beliau berbicara di hari Hajj Al Wada’ (Haji Perpisahan) yang dihadiri oleh puluhan ribu orang maka suara beliau terdengar rata oleh orang yang berada di barisan terdepan atau pun yang berada di barisan paling belakang, meskipun di saat itu tidak ada pengeras suara, akan tetapi angin tidak berani memotong suara nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana suara itu mampu menembus ‘arsy Ar rahman di dalam munajat. Dalam hadits diatas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang duduk menanti waktu shalat dan dalam keadaan suci maka ia mendapatkan pahala shalat selamat waktu menanti shalat tersebut, misalkan seseorang menunggu waktu shalat Asar sejak selesai shalat Dzuhur, maka selama waktu menunggu itu ia terhitung melakukan shalat meskipun dalam keadaan tidur (tidur dengan keadaan duduk), tidur yang tidak membatalkan wudhu, karena dalam madzhab Syafi’i seseorang yang tidur dalam keadaan duduk tidak bergerak maka hal itu tidak membatalkan wudhu’. Maka seseorang yang selama berjam-jam menunggu waktu shalat, ia terhitung mendapatkan pahala shalat sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits tadi. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari di hari-hari terakhir dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dalam keadaan sakit, suatu waktu beliau terbangun di tengah malam setelah sebelumnya beliau tidak sadarkan diri (pingsan), dan ketika itu para sahabat ada yang dalam keadaan berdzikir, ada pula yang tertidur dalam keadaan duduk di dalam masjid dan keadaan belum melakukan shalat Isya’ dan tidak ada yang bergerak dari tempatnya karena menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan shalat berjamaah bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada sayyidah Aisyah untuk membawa beliau ke tempat berwudhu lalu, dan setelah itu beliau kembali roboh dan tidak sadarkan diri, kemudian terbangun di sepertiga malam dan berkata kepada sayyidah Aisyah RA : “Wahai Aisyah, apakah orang-orang sudah melakukan shalat ‘isya?”, sayyidah Aisyah berkata: “Belum, karena mereka menunggumu wahai Rasulullah “, demikian keadaan para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka para sahabat tidak ingin catatan shalat mereka ditulis kecuali dengan tulisan : Fulan bin Fulan bermakmum pada sang imam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini manakah yang lebih utama antara melakukan shalat di awal waktunya atau melakukan shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun tidak di awal waktu?, padahal dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa amal yang paling utama adalah mengerjakan shalat di awal waktunya, namun ketika itu justru para sahabat menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sepertiga malam untuk mengerjakan shalat isya’ bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hal ini menunjukkan bahwa melakukan shalat bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih utama dari melakukan shalat tepat pada waktunya dan tidak bersama dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini para ulama’ mengatakan diperbolehkan mengakhirkan waktu shalat jika dalam keadaan ada ta’lim atau dars (pelajaran), yaitu ketika tiba waktu shalat maka kumandangkan adzan kemudian melanjutkan ta’lim atau dars hingga selesai, karena duduk (dalam hal-hal yang baik) dalam keadaan menunggu waktu shalat termasuk ibadah, lain halnya jika mengundur waktu shalat dikarenakan sesuatu atau hal yang bersifat duniawi maka hal itu tidak diperbolehkan, akan tetapi jika mengakhirkan waktu shalat karena Ilmu maka yang lebih utama adalah menunggu hingga pembahasan ilmu selesai dan semua yang dipelajari dapat difahami barulah setelah itu melakukan shalat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat dahulu memperbuat hal itu yaitu melakukan shalat Isya’ hingga tengah malam, dan juga dikhawatirkan jika pembahasan ilmu itu dihentikan seketika dan orang yang belajar belum memahami ilmu tersebut maka dikhawatirkan ia keluar dari majelis ilmu itu tanpa ada pemahaman dan menyampaikan sesuatu atau ilmu kepada yang lainnya dengan tidak ada pemahaman akan ilmu yang ia sampaikan.
Hal ini banyak belum difahami oleh sebagian orang, dimana mereka berpendapat jika adzan telah dikumandangkan maka harus segera dilaksanakan shalat dalam keadaan apapun, akan tetapi dalam hal ini jika dalam keadaan dalam pembahasan suatu ilmu dan tiba waktu shalat maka sebaiknya menyelesaikan pembahasan ilmu tersebut, kemudian baru melakukan shalat, dan hal demikian adalah ijma’ para ulama.
Selanjutnya ada pertanyaan yang ingin saya jawab, yaitu masalah Jama’ah Tabligh, dimana saat ini masyarakat semakin banyak memperdebatkan hal ini, perlu kita ketahui dan yakini bahwa Jama’ah Tabligh adalah kumpulan orang Islam, yang mana jika mereka kafir maka mereka tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam masjid, namun dalam hal ini yang kita larang adalah jika aqidahnya dapat merusak aqidah Ahlu sunnah waljama’ah, maka sebelum mereka masuk ke suatu masjid terebih dahulu sampaikan kepada mereka bahwa di masjid tersebut menerapkan madzhab Syafi’i yang diantaranya jika dalam shalat Subuh mereka membaca doa qunut, atau ketika seseorang menjadi imam shalat maka ia membaca Bismillahirrahmanirrahim secara terang-terangan, jika setelah disampaikan kepada mereka akan hal tersebut dan mereka tidak berkenan untuk mengikutinya maka mintalah mereka untuk memilih tempat atau masjid yang lainnya. Namun jangan menjadi permusuhan hingga ketika mereka baru saja tiba di suatu masjid mereka langsung diusir atau yang lainnya, karena dari mereka banyak juga yang berfaham Ahlu Sunnah Wal jama’ah yang bisa kita rangkul untuk bersama berjuang dalam berdakwah, banyak diantara mereka yang melakukan amalan-amalan seperti yang kita lakukan, seperti maulid nabi dan lainnya, bahkan cara-cara mereka banyak yang diambil dan dikerjakan oleh guru kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafidh, yang diantaranya Khuruj (keluar) dari rumah untuk berdakwah, hal ini juga dilakukan oleh beliau, dan beliau juga pernah hadir dalam Ijtima’ Jama’ah Tabligh yang diadakan di Pakistan. Akan tetapi diantara mereka ada juga yang berfaham Wahabisme dan ada juga yang Ahlu sunnah waljama’a, maka mereka (Jama’ah Tabligh) yang berfaham ahlu sunnah wal jamaah dan berkeyakinan sama dengan kita, jangan kita samakan dengan mereka yang berbeda faham dengan kita, yang diantaranya mengatakan bahwa maulid nabi adalah perbuatan syirik, ziarah kubur atau membaca tahlil adalah perbuatan syirik dan lainnya maka jangan disamakan antara dua kelompok tersebut. Di masa sekarang khususnya di daerah Jakarta ini sudah mulai ada pihak-pihak dari dalam yang berusaha untuk memecah belah para ulama’ serta majelis-majelis ta’lim dan dzikir hendak dihancurkan, maka kedepannya akan menyusup pihak-pihak dari luar yang memusuhi Islam, inteligen Amerika dan yang lainnya yang akan menginterogasi para ulama’, habaib dan kyai, jika kita ummat Islam tidak segera bersatu dalam satu barisan, maka kita segera bersatu dalam satu kalimat “Laa ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah”, berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam hukum maka silahkan dihukum karena negeri ini adalah negeri hukum, namun diluar hal itu kita sesama ummat Islam jangan berpecah belah. Adapun berkaitan dengan kesalahan atau dosa, kita terima bahwa semua orang tidak akan terlepas dari dosa maka kita maafkan saja, mengenai dosa maka hal itu adalah urusan antara makhluk dengan Allah subhanahu wata’ala. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw berkata : “Jika engkau melihat aib orang lain maka bisa jadi aibmu lebih besar dari aib orang itu, dan jika engkau tidak tidak pernah melakukan aib sebesar itu, maka ingatlah barangkali Allah subhanahu wata’ala telah mengampuni aib orang itu, namun belum mengampuni aib mu yang meskipun lebih kecil”. Guru kita Al Habib Umar menjelaskan dalam salah satu kitab beliau tentang kemuliaan sayyidina Mu’adz bin Jabal yang diajari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam salah satu tuntunan kezuhudan dan wara’ (berhati-hati dalam berbuat), berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai Mu’adz kelak engkau akan bertanggung jawab dihadapan Allah subhanahu wata’ala tentang segala sesuatu yang engkau lakukan, bahkan tentang butiran debu yang menempel di tanganmu yang mungkin engkau mengira bahwa hal itu tidak akan dipertanyakan”, dan dalam kitab itu guru mulia Al Habib Umar juga menjelaskan bagaimana seseorang harus mencari rizki dari cara halal, sebagaimana cerita salah seorang wanita shalihah yang jika suaminya akan berangkat kerja maka ia berkata kepadanya : “ wahai suamiku kudoakan agar engkau mendapatkan keberkahan, maka jangan bawakan yang haram kepada kami, jangan membawa rizki yang dapat menjebak kami ke dalam api neraka, jangan bawakan makanan dan minuman yang dapat menyeret kami ke dalam api neraka, kami rela jika harus tidak makan atau minum berada dalam keadaan lapar atau haus asalkan kami tetap berada dalam keridhaan Allah subhanahu wata’ala”. Di zaman sekarang ini adakah wanita yang berani mengatakan hal itu kepada suaminya?!, wanita shalihah seperti ini sangat sulit ditemui. Dijelaskan juga oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bahwa jika seseorang tidak peduli dari mana rizkinya didapatkan apakah dengan cara yang halal atau yang haram maka Allah subhanahu wata’ala juga tidak peduli ia masuk ke dalam neraka Jahannam dari pintu yang mana.
Sedikit menambah penjelasan hadits tadi, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang duduk di masjid dalam keadaan scui untuk menunggu shalat maka selama itu ia berada dalam pahala shalat sampai tiba waktu shalat tersebut. Hadits yang semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, namun ditambahkan dengan ucapan sayyidina Hasan bin Ali Kw, yaitu bahwa seseorang tetap dalam kebaikan selama menanti kebaikan, seperti saat ini kita dalam keadaan menanti dzikir, menanti doa penutup maka pahalanya terus mengalir selama waktu menanti itu, dalam hal ini bagaimana kemuliaan orang yang senantiasa menanti untuk berjumpa dengan Allah, hari-hari terlewatkan, musibah berganti dengan kenikmatan, perubahan demi perubahan terjadi namun ia tetap menanti perjumpaan dengan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
(الإنشقاق : 6 )
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” ( QS. Al Insyiqaaq : 6 )
Sungguh keberuntungan besar bagi orang yang menunggu untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Hamba- hamba yang merindukanNya maka Allah pun merindukannya, sebagaimana firmanNya dalam hadits qudsi :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu ingin berjumpa dengan-Ku maka Aku pun ingin berjumpa dengannya”
Ya Allah pantaskah dengan segala dosa dan kesalahan inikah Engkau merindukan kami, sangatlah tidak pantas seorang budak hina seperti kami mengatakan hal itu, namun di malam ini dengan izin Mu Engkau perdengarkan hadits itu kepada kami. Sebagai contoh jika seorang raja yang sangat mulia mengumpulakn sepuluh ribu orang budaknya dan setiap budak mengutarakan keinginannya dari segala kenikmatan dunia lantas ia kabulkan keinginan mereka, namun satu dari mereka hanya terdiam dan ketika ditanya : “Apa yang engkau inginkan?”, si budak menjawab : “Aku menginginkanmu”, sungguh sangatlah tidak pantas seorang budak mengucapkan hal demikian, namun Allah subhabahu wata’ala senantiasa memberikan harapan dan membuka kesempatan untuk hamba yang menginginkan cintaNya..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا